Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara Aman "Bercengkerama" dengan Bima dan Sherine

Kompas.com - 28/07/2016, 16:31 WIB


KOMPAS.com - Bima dan Sherine bak sejoli yang tengah menari. Gerakan mereka meliuk gemulai. Panjang yang mencapai angka sembilan meter tidak membuat Bima terkendala untuk menggerakkan tubuh seberat hingga 500 kilogram di kedalaman 30 meter perairan pantai Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, pada Jumat (22/7/2016) siang itu.

Hal yang sama pun dilakukan Sherine. Berukuran lebih kecil ketimbang Bima, Sherine pun bahkan berenang mendekat dengan perahu sema-sema, perahu bercadik khas Butobarani. Karuan saja, para pengunjung perairan di atas perahu itu melepaskan kepala-kepala udang untuk santapan.

Bima dan Sherine adalah dua dari sekitar 13 ekor ikan hiu paus di perairan Botubarani tersebut. Hewan  bernama Latin  Rhincodon typus yang keberadaannya cenderung menetap sejak enam bulan silam  langsung menjadi ikon kebanggaan lokal.

Kemudian, cerita mengenai keberadaan hiu paus kembali mengemuka tatkala PT Sido Muncul Tbk pada akhir Mei lalu meluncurkan lanjutan serial iklan pariwisata. Melalui tayangan itu, kata Direktur  Marketing Sido Muncul Irwan Hidayat, saat peluncuran perdana di Jakarta, pihaknya berharap keberadaan hiu paus di Botubarani akan kian meluas dikenal banyak khalayak. (Inspirasi Maju Gorontalo dari Hiu Paus)

KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR Kevin (12) dan 2 temannya memberi makan hiu paus di Desa Batumarani, Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Hiu paus ini sangat jinak dan biasa bermain dengan anak-anak nelayan.

Indonesia
Kompas.com/Josephus Primus Hal penting adalah pengunjung mesti membayar ongkos untuk bisa menikmati wisata hiu paus di Botubarani, Gorontalo. Ongkos itu, nantinya, berguna bagi pengembangan lokasi wisata berikut sumber rezeki bagi warga Botubarani.

Adalah Whaleshark Indonesia yang menorehkan catatan pada lamannya bahwa Indonesia menjadi daerah migrasi hiu paus. Alasannya, Indonesia berada di wilayah tropis. Perairan di wilayah tropis sudah amat dikenal sebagai daerah kaya nutrisi dan pakan bagi ikan-ikan bertubuh besar. Jadilah, wilayah Indonesia menjadi tempat mecari makan, juga, bagi hiu paus.

Selain di Botubarani yang merupakan bagian dari perairan Teluk Tomini, hiu paus acap mampir juga di beberapa daerah di Indonesia. Misalnya di Teluk Cendrawasih, Papua. Pernah pula hiu paus mampir mencari makan di perairan Teluk Jakarta.

Khusus di Botubarani, masyarakat di situ menjadi pengelola keberadaan hiu paus. "Ya, masyarakat sekitar yang mengelola tempat itu," kata Gubernur Gorontalo Rusli Habibie menjawab pertanyaan 15 wartawan, termasuk Kompas.com, yang bertandang ke rumah dinasnya di Kota Gorontalo.

Sementara itu, di lokasi, ada Pak Arfan yang didapuk warga setempat menjadi koordinator bagi beberapa orang untuk mengatur pemberian makanan bagi hiu paus. "Ya, kami pawang hiu paus. Kami opa (kakek) hiu paus," kelakar pria berusia 53 tahun itu.

Arfan bercerita, pihaknya menetapkan aturan bahwa lokasi keberadaan hiu paus hanya dibuka sejak sekitar pukul 07.00 waktu Indonesia tengah (Wita) sampai dengan 17.00 Wita tiap harinya. Menurut Arfan, pembagian waktu itu juga ada hubungannya dengan jadwal pemberian makan. Soalnya, tidak bisa setiap waktu hiu paus makan. (2.000 Pengunjung Padati Wisata Hiu Paus di Gorontalo)

Kemudian, makanan hiu paus adalah kepala udang, limbah pabrik pengolahan udang yang letaknya dekat dengan lokasi hiu paus. "Tidak boleh pengunjung membawa udang dari tempat lain," kata Arfan.

Meski hiu paus jinak dan selalu mendekati manusia, Arfan berharap agar pengunjung tidak menaiki punggung ikan tersebut. Berenang menggunakan peralatan keselamatan semisal pelampung dengan  tenang di dekat hiu paus adalah salah satu yang bisa dijadikan pilihan. "Nah, kalau mau mengelus kepala ikan hiu paus, silakan," kata pria yang sempat menjadi nelayan itu.

Mengelus bagian kepala hiu paus, ternyata ada caranya tersendiri. Arfan mengatakan, arahkan tangan dari kepala hiu paus menuju bagian punggung. Pasalnya, cara seperti itu menyesuaikan diri dengan arah sisik ikan hiu paus. "Kalau berlawanan, pasti tangan kita akan merasakan sirip yang kasar," imbuh Arfan sembari menambahkan, jika  tak ingin repot, pengunjung bisa naik perahu sema-sema dan memberi makan ikan hiu paus dari atas perahu.

Hal lain yang juga penting adalah pengunjung mesti membayar ongkos untuk bisa menikmati wisata hiu paus. Ongkos itu, nantinya, berguna bagi pengembangan lokasi wisata berikut sumber rezeki bagi warga Botubarani. Selamat menikmati "bercengkerama" dengan Bima dan Sherine!

SURJATUN WIDJAJA Lilie Chow dan hiu paus (whale shark) di Teluk Cendrawasih, Papua Barat, Senin (17/8/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com