Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusup ke Dapur Pembuatan Kerupuk Kulit Kerbau

Kompas.com - 30/07/2016, 14:02 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

SURAKARTA, KOMPAS.com - Fendri terlihat duduk di lantai sambil setengah berselonjor di teras rumah. Tangannya memegang pisau untuk memangkas bulu-bulu hitam di sebuah kulit yang ia pegang.

Kulit-kulit itu berwarna coklat dengan motif-motif bulu yang beragam. Kulit berbentuk persegi itu diletakkan di sebuah papan kayu.

Di depan tempat Fendri duduk, terbentang potongan-potongan kulit yang tengah dijemur. Potongan-potongan itu berbentuk persegi panjang.

Persis di belakang Fendri duduk, Suwarni juga tengah sibuk menggoreng di wajan besar. Api dari tungku kayu membara memanaskan minyak.

Suasana di dalam ruang dapur penggorengan terasa panas. Uap penggorengan dari wajan terlihat akibat terpapar pancaran matahari yang masuk melalui atap rumah.

Di sisi kanan dalam dapur, lembaran-lembaran kulit kerbau tertumpuk. Tumpukannya hampir setinggi satu meter.

Seperti itulah suasana pembuatan kerupuk rambak di Rumah Pak Ramlan di Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Rambak sendiri adalah kuliner kerupuk pelengkap makanan yang biasa ditemui di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Ibu Suwarni dan Fendri berada di dapur tempat pemrosesan kuliner Rambak di Sentra Industri Rambak di Desa Gadingan, Kecamatan Mojolayan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (21/7/2016). Wisatawan bisa melihat aneka proses pembuatan rambak dari mulai pengolahan bahan kulit kerbau, penjemuran, pembersihan bulu, dan penggorengan rambak.
Waktu telah menunjukkan sekitar pukul 09.38 WIB, ketika KompasTravel datang ke Rumah Pak Ramlan. Fendri adalah anak sulung dari hasil pernikahan antara Ramlan dan Suwarni yang kini membantu industri pembuatan rambak.

Di dapur itulah, Suwarni selalu sibuk untuk menggoreng rambak untuk kemudian dijual di pasar-pasar tradisional maupun rumah makan. Fendri juga bertugas untuk membantu jalannya industri khususnya dalam bidang pemasaran.

"Ini pembuatan rambak dari warisan mbah. Dari bapak saya. Jadi saya generasi kedua. Fendri ini anaknya pertama," jelas Suwarni kepada KompasTravel saat ditemui di rumahnya.

Rambak merupakan kuliner kerupuk yang terbuat dari kulit kerbau. Proses pengolahannya sendiri berawal dari perendaman kulit kerbau di air, diberi bumbu, dipotong, dijemur, dan kemudian digoreng.

Fendri menjelaskan, rambak yang ia buat berasal dari kulit-kulit kerbau yang berasal dari Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Rambak sendiri terbagi dua jenis yakni rambak goreng dan rambak makan.

"Kalau kulit kerbau tebal bisa sampai bikin 15 kilogram rambak. Kulitnya tipis paling 10 kilogram. Kulit kerbau bagian badan itu biasanya buat bikin rambak goreng, kalau bagian kaki untuk bikin rambak sayur," ungkap Fendri saat berbincang dengan KompasTravel.

Industri kerupuk rambak yang dijalankan Suwarni bersama suaminya, Ramlan bukan hal yang baru. Suwarni mengatakan, awalnya ia bersama suami menjalankan usaha pembuatan shuttlecock sebelum mulai membuat rambak.

Di sana, wisatawan bisa mengunjungi dan melihat proses pembuatan rambak. Jika ingin membeli di sana, setengah kilo Rp 85.000 untuk rambak goreng dan Rp 80.000 untuk rambak sayur.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com