Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Mandalika Tak Hendak Seragam

Kompas.com - 30/07/2016, 17:15 WIB

OMBAK berbisik menyapu pasir putih nan lembut. Bisikan itu menyambut fajar yang perlahan menerangi alam. Hangatnya berpadu semilir angin membelai kulit, menciptakan kedamaian pagi di Pantai Gerupuk, selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Juni lalu.

Suasana itulah yang lekat dalam kenangan Dani dan Norah. Pasangan asal Swiss tersebut selalu rindu untuk kembali ke Pantai Gerupuk. Sejak 2008, mereka rutin berkunjung ke pantai itu di musim liburan pada Juni.

Dalam kawasan yang dikenal dengan nama Mandalika itu, Gerupuk adalah salah satu pantai yang menyambung sepanjang 16 kilometer dengan Pantai Tanjung Aan, Pantai Serenting, Pantai Seger, dan Pantai Kuta. Pantai-pantai itu berpasir putih, dibentengi barisan perbukitan.

Jumat (17/6/2016) sekitar pukul 07.30 Wita, aktivitas rutin bersantai Dani dan Norah adalah menikmati keindahan pantai dari halaman Edo Homestay. Ropi, petugas hotel, datang menawarkan sarapan. Sembari menunggu makanan tiba, mereka saling bercerita.

Ropi fasih berbahasa Inggris dan gemar berkisah tentang alam dan budaya Sasak yang lekat dalam kehidupan masyarakat sekitar. Persahabatan mereka sudah terjalin delapan tahun sejak pasangan ini rutin menginap di Edo Homestay.

”Keindahan alam dan persahabatan ini yang membuat kami selalu rindu untuk kembali,” ujar Dani.

Seusai sarapan, seorang nelayan menjemput Dani dan Norah. Mereka pun berangkat ke laut membawa papan seluncur. Hanya lima menit perjalanan, perahu berhenti di sebuah lokasi berair tenang. Tak jauh dari situ tampak laut bergelombang tinggi. Waktunya bertualang. Pasangan itu meluncur di antara puluhan peselancar, bermain dalam gulungan ombak.

Gerupuk merupakan destinasi selancar favorit di kawasan Mandalika. Namun, Gerupuk bukanlah satu-satunya. Ada Tanjung Aan dan Pantai Seger yang lokasinya berdekatan.

Sepanjang pantai-pantai itu bertebing dan berbukit sehingga menarik wisatawan untuk menikmati pemandangan dari ketinggian. Di Pantai Aan, Kompas menapaki sebuah bukit yang dipenuhi rumput ilalang.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Kawasan ombak untuk selancar di Pantai Ubrug, Kawasan Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Jumat (17/6/2016). Potensi kawasan pesisir Mandalika akan menjadi salah satu kawasan ekonomi khusus pariwisata yang dikembangkan untuk tujuan wisata unggulan Indonesia. Meski demikian, tantangan pembangunan sumber daya manusia serta pemberdayaan masyarakat lokal serta penataan kelestarian lingkungan akan dampak pembangunan besar perlu diperhatikan.
Pendakian itu melintasi kawanan sapi yang tengah merumput dan tak jauh dari kawanan sapi itu si pemilik menyabit rumput. Di puncak bukit, sepanjang mata memandang hamparan lautan tersaji luas. Biru.

Bukit Pantai Seger juga menawarkan keindahan yang tidak kalah menawan. Bukit itu lebih terjal dan berbatu, tetapi jaraknya lebih pendek. Dari situ, wisatawan dapat menikmati puncak-puncak bukit lain di sepanjang tepi laut.

Dikembangkan

Potensi alam itu mendorong pemerintah untuk mengembangkannya sejak 1984. Proses desain kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika seluas 1.175 hektar baru serius berjalan mulai 2008 oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Indonesia Tourism Development Corporation/ITDC).

Progres pembangunannya kini baru 10-15 persen. Kawasan yang mengandalkan alam sebagai obyek utama dan budaya sebagai wisata pendukung itu belum efektif menarik wisatawan. Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lombok Tengah 2015, kunjungan wisatawan mancanegara ke Mandalika mencapai 759.726 orang. Jumlah itu turun dari tahun 2014 yang sebanyak 855.403 wisatawan.

Kepala Disbudpar Kabupaten Lombok Tengah Lalu M Putria menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara naik 40 persen dan wisatawan nusantara naik 350 persen. Masa inap ditargetkan dari 2,1 hari jadi 3,9 hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com