Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Danau Toba, Penziarahan Bumi Manusia

Kompas.com - 03/08/2016, 23:12 WIB

KETIKA para geolog dunia menemukan bukti bahwa Danau Toba terjadi dari empat kali letusan gunung dan letusannya mampu mengubah dunia, kekaguman orang akan keindahan Toba semakin menjadi.

”Saya jatuh cinta sejak pertama kali melihat Danau Toba pada 1996,” kata Yustinus (48), warga Jakarta, di Balige, akhir Juni lalu. Setiap kali datang ke Toba, sarjana geografi itu selalu kagum karena keindahan yang didapatkannya di Toba selalu berbeda.

Perbukitan hasil aktivitas vulkanik dan tektonik ribuan tahun berdiri indah mengelilingi air biru kehijauan seluas 1.100 kilometer persegi. Dengan kondisi bentang alam yang didukung kuatnya budaya warga di sekelilingnya, mengunjungi Danau Toba bak melakukan penziarahan.

Empat letusan Toba terjadi pada 1,2 juta tahun lalu hingga 74.000 tahun lalu. Letusan-letusan dahsyat itu menghasilkan kaldera Haranggaol, Parapat, Porsea, Silalahi, dan Sibandang.

Letusan terakhir yang terdahsyat. Sebanyak 2.800 kilometer kubik piroklastik silika terlontar dari perut bumi, terbang hingga menutupi Asia Selatan, Arab, India, dan Laut Tiongkok Selatan. Letusan itu tercatat 35 kali lebih dahsyat dibandingkan Tambora, 150 kali lebih hebat daripada Krakatau, dan 50.000 kali kekuatan bom Hiroshima hingga menabalkan nama Super Volcano Toba.

Akibat letusan itu, bumi gelap selama enam tahun, suhu udara turun hingga 5 derajat celsius. Migrasi manusia terhenti dan nyaris melenyapkan peradaban manusia seperti diceritakan Ahmad Arif, dkk dalam Ekspedisi Cincin Api Kompas, Toba Mengubah Dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com