Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Nihiwatu, Sumba Mulai Diserbu Wisatawan dan Pengusaha

Kompas.com - 08/08/2016, 16:05 WIB

WAIKABUBAK, KOMPAS - Dampak dari Hotel Nihiwatu di Wanokaka, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, terpilih sebagai hotel terbaik dunia 2016 versi majalah ternama di Amerika Serikat, Travel+Leisure, Pulau Sumba mulai ramai dikunjungi wisatawan dan pengusaha. Pemerintah segera menyusun tata ruang daerah itu. Nihiwatu menjadi brand baru Sumba setelah pasola dan rumah adat.

Kepala Dinas Pariwisata Sumba Barat Saba Kodi Poro di Waikabubak, Minggu (7/8/2016), mengatakan, penetapan Nihiwatu sebagai hotel terbaik dunia membawa dampak besar bagi Sumba umumnya dan Sumba Barat khususnya. Kini, setiap hari selalu ada turis asing, pengusaha, dan wartawan mengunjungi Waikabubak, kemudian melanjutkan perjalanan ke Nihiwatu.

”Terjadi lonjakan kunjungan wisatawan, termasuk pengusaha dan insan pers, dalam satu bulan terakhir setelah Nihiwatu ditetapkan sebagai hotel terbaik dunia. Kami belum rekap semua pengunjung, tetapi diperkirakan 300 orang selama satu bulan terakhir, dibandingkan sebelumnya hanya sekitar 50 wisatawan per bulan,” kata Kodi Poro.

Orang penasaran ingin menyaksikan Hotel Nihiwatu dari dekat. Pemesanan kamar hotel dilakukan melalui internet dua pekan sebelumnya. Setelah terjadi transaksi antara konsumen dan manajemen hotel, tamu boleh datang dan menginap di sana. Tetapi, mereka harus menginap selama lima hari untuk menyaksikan sejumlah atraksi yang ditampilkan manajemen hotel bersama masyarakat lokal.

DOK. NIHIWATU Nihiwatu punya vila tiga kamar berbentuk rumah pohon, terletak di atas tebing, menghadap langsung Samudera Hindia.
Ia membantah anggapan hotel itu tertutup dari masyarakat. Manajemen hotel tetap terbuka terhadap masyarakat. Itu ditandai dengan perekrutan 90 persen karyawan lokal, perlindungan air bersih melalui penanaman pohon bersama masyarakat, pengentasan rakyat miskin melalui sejumlah kegiatan, dan klinik penyakit malaria.

Ke depan, pihak hotel bekerja sama dengan pemerintah daerah akan membangun kampung adat dan kampung tenun ikat dan memelihara 100 kuda sumba di kawasan itu.

Anggota DPD asal NTT, Paul Liyanto, mengatakan, keunggulan Nihiwatu bukan karena kemegahan dan kemewahan hotel dengan 60 kamar itu, melainkan karena keterlibatan Nihiwatu dalam program Tujuan Pembangunan Milenium dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk masyarakat lokal.

Manajemen hotel benar-benar terlibat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar sekaligus memandirikan mereka dalam sejumlah program pemberdayaan.

Ketua Kamar Dagang dan Industri NTT ini mendorong pemerintah kabupaten dan DPRD segera menyusun tata ruang Nihiwatu dan sekitarnya. Kini, sejumlah pengusaha mulai melirik kawasan sekitar Nihiwatu atau Sumba pada umumnya. Jika ada peraturan daerah, semua aktivitas di sekitar pantai dan pesisir Nihiwatu atau Sumba diatur sesuai peruntukan.

DOK. NIHIWATU Nihiwatu yang terletak di Sumba didaulat sebagai hotel terbaik nomor 1 dari ajang "World's Best Travel Awards 2016"
Nihiwatu menjadi brand baru pariwisata Sumba setelah rumah adat, kubur batu, dan alam Sumba. Pemda dan pelaku pariwisata Sumba atau NTT sebaiknya menyiapkan paket-paket wisata ke Sumba, tidak hanya fokus ke Nihiwatu, tetapi juga sejumlah keunikan lain di Sumba.

Selain itu, butuh dibangun akses jalan beraspal mulus dari Waikabubak menuju Nihiwatu. Kondisi jalan dengan lebar 3 meter saat ini dinilai terlalu sempit. Aspal pada sebagian badan jalan sudah terkelupas.

”Jarak 13 km itu seharusnya ditempuh mobil hanya 10-15 menit, tetapi saat ini butuh waktu 50 menit. Ini tidak efektif,” ujar Liyanto. (KOR)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Agustus 2016, di halaman 20 dengan judul "Sumba Mulai Diserbu Wisatawan dan Pengusaha".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com