Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinosaurus, Jejak Zaman Purba, dan Kedai Kopi Belitung yang Melegenda

Kompas.com - 16/09/2016, 19:31 WIB
Reza Pahlevi

Penulis

KOMPAS.com—Masih ingat film Jurrasic Park? Terbayang kekacauan gara-gara dinosaurus menembus pagar pengaman? Bagaimana bila jejak zaman periode dinosaurus juga bisa ditemukan di Indonesia?

Adegan yang menampilkan binatang purba tersebut muncul lagi dalam film Jurrasic World pada 2015. Padahal, sosok dinosaurus sejauh ini hanya rekaan bermodalkan temuan fosil.

Rekayasa teknologi-lah yang membuat tampilan nyata dari hewan purba itu. Namun, film-film tersebut bukan satu-satunya jejak zaman purba yang bisa ditonton orang-orang sekarang.

Nah, di Indonesia, jejak zaman purba punya penampakan lain yang bisa didatangi wisatawan. Wujudnya adalah batuan granit raksasa di kawasan Pantai Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi, keduanya di Provinsi Bangka Belitung.

Seperti dilansir Harian Kompas, Rabu (27/7/2016), usia batu-batu tersebut hampir sama dengan umur fosil Nyasasaurus parringtoni—dinosaurus pertama di dunia. Fosil yang ditemukan di Tanzania itu dinyatakan berusia 240 juta tahun.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Pulau Lengkuas yang memiliki mercusuar setinggi 62 meter dengan ratusan anak tangga. Diatasnya wisatawan dapat melihat berbagai pulau kecil dan birunya laut Belitung.

Bebatuan tersebut bukan muncul tiba-tiba, tak juga turun begitu saja dari langit. Proses alam dan gempa yang berulang selama jutaan tahun telah memecah dan mengangkat batuan tersebut ke permukaan bumi.

Jika Anda pernah menonton film Laskar Pelangi, keindahan batuan granit raksasa di bibir pantai Tanjung Kelayang menjadi salah satu latar yang muncul.

Penampakan batuan itu semakin eksotis saat dilihat dari puncak mercusuar di Pulau Lengkuas. Coba saja bila ke sana.

Kedai kopi yang melegenda

Masa lalu tidak hanya mewariskan granit kepada Belitung. Ada juga cerita soal warung kopi yang melegenda di sini.

Dari generasi ke generasi, masyarakat Belitung dikenal menyukai minuman kopi. "Tiada hari tanpa kopi", begitulah kesan ketika melihat sudut-sudut kota Belitung dan kedai kopi yang bertebaran di sana.

Mendatangi kedai kopi telah menjadi rutinitas sehari-hari bagi masyarakat Belitung. Dari sekadar berbincang sampai membahas topik serius, biasa mereka lakukan di sini berteman segelas minuman kopi hitam.

KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Penikmat kopi tengah berbincang di depan Warung Kopi Ake, Belitung, Senin (7/3/2016) sore.

Salah satu kedai kopi yang melegenda adalah Warung Kopi Ake. Sang pemilik, Akiong, mengaku setiap hari lebih dari 50 orang datang ke kedainya. Bahkan, kata dia, tak jarang para pejabat menggelar rapat sambil menikmati kopi di kedainya.

"Dari dulu sejak zaman kakek, Warung Ake memang tempatnya orang-orang seperti guru-guru sampai pejabat. Dulu tak ada koran, jadi cerita-cerita apa saja tentang politik," kata Ake seperti dikutip Kompas.com, Selasa (15/3/2016).

Kedai lain yang juga melegenda di Belitung adalah Warung Kopi Kong Djie di persimpangan Jalan Kemuning dan Jalan Siburik Barat.

KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Warung Kopi Kong Djie yang terletak di persimpangan jalan Siburik Barat dan Jalan Kemuning, Tanjung Pandan, Belitung.

Pemerhati sejarah dan budaya Belitung, Salim Yan Albert Hoogstad, mengatakan, kebiasaan minum kopi di Belitung sudah ada sejak zaman kolonial.

Kebiasaan minum kopi bersama di kedai juga datang dari latar belakang penduduk yang bekerja di pertambangan pada waktu itu. Sepulang kerja di tambang, para pekerja biasa berkumpul di kedai kopi.

"Umumnya kerja tambang selesai sore hari. Jadi untuk menghilangkan rasa penat mereka berkumpul, silaturahmi sambil ngopi," ujar Salim.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com