Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingkah Pemandu Pendakian Saat Mendaki Gunung Carstensz di Papua?

Kompas.com - 27/09/2016, 17:12 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gunung Carstensz Pyramid di Papua merupakan salah satu gunung tertinggi di dunia. Pasalnya, Gunung Cartensz termasuk ke dalam tujuh puncak tertinggi di lempengan benua, bersama Mount Everest (Asia), Kilimanjaro (Afrika), Elbrus (Eropa), Aconcagua (Amerika Selatan), Mckinley (Amerika Utara), dan Vinson Massif (Antartika).

Gunung Carstensz juga dikenal sebagai gunung yang sulit dikunjungi karena terkait dengan kondisi keamanan di Papua. Hal itu diakui oleh Pemilik Operator Pendakian Patagonia Adventure Jakarta, Fandhi Achmad atau akrab disapa Agi.

"Kalau di Gunung Carstensz ini problemnya adalah faktor keamanan. Itu yang membuat bikin mahal," jelas Agi saat ditemui acara "Re-Opening Patagonia Outdoor Store & Sharing Experience Carstensz Pyramid" di Jakarta, Minggu (25/9/2016) malam.

Lalu seberapa pentingkah penggunaan jasa operator pendakian untuk menuju Gunung Carstensz, Papua? Seorang pendaki gunung dari Adventure & Rescue Team, Surveyor Indonesia, Leny Surya Martina menceritakan pengalamannya ketika mendaki Gunung Carstensz menggunakan operator.

"Pemandu itu membimbing kami dengan sabar. Pas lewat akar-akar, sungai. Berguna sekali untuk negosiasi dengan masyarakat di sana. Kan mereka setiap hari kadang minta harga naik," jelas Leny saat ditemui acara "Re-Opening Patagonia Outdoor Store & Sharing Experience Carstensz Pyramid" di Jakarta, Minggu (25/9/2016) malam.

Ia mengatakan, operator pendakian juga menjadi pembimbing latihan fisik dan teknik mendaki gunung. Menurutnya, Gunung Carstensz sendiri adalah tipe gunung yang membutuhkan kemampuan khusus dalam mendaki gunung.

"Gunung Carstenz itu sulit bagi saya. Makanya ada latihan. Sulit  itu juga teknikal. Kita dapat ilmunya baru sebulan terakhir (dari pemandu pendakian)," jelasnya.

Pendakian Gunung Carstensz sendiri memang menawarkan tantangan secara teknis maupun non-teknis pendakian. Aspek teknis seperti ketika mendaki gunung, sementara non-teknis yakni seperti perizinan untuk mendaki gunung.

KOMPAS/HARRY SUSILO Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri bersiap menyusuri jalur es puncak Nggapulu atau puncak Soekarno di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, Senin (19/4/2010). Pendakian ke daerah puncak Nggapulu ini sebagai ajang pengenalan medan dan aklimatisasi bagi tim sebelum menuju puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu yang berada di ketinggian 4.884 mdpl.
"Kalau ke sana gak pakai operator pendakian, pilihannya ada dua. Satu gagal dan rugi. Beberapa kelompok pencinta alam, coba pergi ke sana langsung. Beberapa ada yang gagal. Biayanya lebih besar. Kemampuan negosiasi itu perlu. Begitu diminta uang puluhan juta, mereka kasih aja karena gak mengerti," tambahnya.

Ia menceritakan, berdasarkan pengalamannya beberapa kali mengajak orang-orang yang pertama kali ke Papua, rata-rata mengalami ketakutan. Hal itu lantaran mereka tak terbiasa melihat orang-orang membawa panah atau parang.

"Kalau di kita (Jakarta) kan jarang lihat orang bawa panah atau parang. Ini mereka takut dan biasanya dikasih aja tanpa negosiasi. Penting itu negosiasi dengan warga lokal," ungkap Agi.

Gunung Carstensz memiliki ketinggian sekitar 4.884 meter di atas permukaan laut. Salah satu jalur pendakian Gunung Carstensz adalah melewati Desa Sugapa di Kabupaten Intan Jaya, Papua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com