Lampu dengan beragam rupa, warna, dan bentuk bertebaran di jalan-jalan. Bahkan, membentang di taman-taman.
Dari balik kaca mobil, Kompas.com menjelajahi suasana pada malam hari di berbagai sudut kota sejuta taman itu.
Mengawali perjalanan untuk peliputan bisnis, Kompas.com hanya punya kesempatan menelusuri jalanan Kota Surabaya pada pagi buta dan malam hari, dalam kesempatan itu.
Terlebih lagi, tujuan perjalanan harian pada 22-24 Agustus 2016 itu lebih banyak ke arah Malang, Sidoarjo, dan Mojokerto. Penginapan saja yang berada di Surabaya.
Rata-rata, waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, setiap kali perjalanan kembali memasuki Kota Surabaya.
Dari Tol Waru lalu keluar di bagian selatan Kota Surabaya, perjalanan bersambut ucapan selamat datang yang ditandai gemerlap lampu warna-warni kota, LED dalam bentuk beraneka rupa.
Beberapa taman yang kami lewati, seperti Taman Bungkul, Taman Pelangi, Taman Prestasi, Taman Skate dan BMX, serta taman di depan Monumen Kapal Selam, jadi panorama yang menyenangkan. Di sini, ada lampu dengan wujud seperti payung dan lampion.
Dari pantulan cahaya lampu itu, beberapa taman dengan danau nampak ikut bermandikan cahaya. Pemandangan setiap malam tersebut menemani perjalanan Kompas.com hingga ke tempat peristirahatan, yaitu hotel di kawasan Tunjungan, Surabaya, Swiss-Bellin Tunjungan.
Surabaya dulu dan sekarang
Sebelum dikenal sebagai kota sejuta taman, Surabaya dulu lebih akrab disebut sebagai kota transit. Lokasi kota ini strategis di ujung timur Pulau Jawa, dan statusnya sebagai Ibu Kota Jawa Timur menjadikan fasilitas transportasi utama berkumpul di sini.
Namun, berbicara wisata alam di Surabaya, dulu hanya Pantai Kenjeran yang spontan teringat. Belakangan, Pemerintah Kota Surabaya menata ulang beragam infrastruktur dan fasilitas umum.
Selain mengoptimalkan fungsi, pembenahan itu pun menjadi pesona tersendiri bagi Surabaya. Magnet baru bagi wisatawan bertandang ke Kota Surabaya lalu bermunculan.
Begitu pun untuk wisatawan mancanegara. Angkanya melonjak hingga lebih dari lima kali lipat, dari semula 137.274 orang pada 2008 menjadi 724.084 pada 2014.
Geliat bisnis tumbuh pula, mulai dari perdagangan, akomodasi, hingga restoran. Khusus di bidang wisata kuliner, Surabaya menunjukkan lonjakan drastis.