SURABAYA, KOMPAS.com - "Dan untuk kita saudara-saudara. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!"
Penggalan pidato tersebut terdengar menggelegar di sebuah ruangan bagian dalam Museum 10 Nopember, Surabaya. Orang yang meneriakkan pidato tersebut tak lain adalah Bung Tomo, salah satu pemimpin revolusi paling berpengaruh di Indonesia.
Waktu itu, 10 November 1945, Kota Surabaya diserang pasukan Inggris sehingga menewaskan ribuan orang. Banyaknya pejuang dan warga sipil yang gugur pada hari tersebut menjadikan 10 November dikenang sebagai Hari Pahlawan.
"Dan kita yakni saudara-saudara. Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara. Tuhan akan melindungi kita sekalian."
Kemudian terdengarlah teriakan "Allahuakbar! Allahuakbar! Allahuakbar! Merdeka!" dari rekaman yang sama.
Meski ruangan tersebut dimasuki banyak orang, rekaman pidato Bung Tomo yang menggelegar tetap menggetarkan jiwa. KompasTravel menyambangi Museum 10 Nopember yang berlokasi di Jalan Pahlawan, Surabaya, di sela-sela acara #SelaluTauYangBaru yang diadakan Google Indonesia.
Museum ini diresmikan pada 19 Februari 2000 oleh Presiden RI waktu itu, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Begitu masuk, wisatawan dihadapkan pada tangga turun yang mengarah pada sebuah ruangan. Sebelum tiba di ruangan tersebut, Anda akan melewati koridor penuh foto-foto sejarah termasuk peristiwa 10 November.
Pada ruangan lantai satu, terdapat beberapa diorama dan patung yang menyiratkan perjuangan rakyat Surabaya saat melawan tentara Inggris. Namun dari sekian diorama, satu yang paling mencolok adalah Bung Tomo lengkap dengan radio jadul miliknya.
Pada lantai dua museum, terdapat beberapa peninggalan senjata yang dulu digunakan untuk berpeang. Mulai dari senjata laras panjang, pistol, hingga keris dan pisau.
Pada bagian luar, tepat di samping Tugu Pahlawan yang berbentuk lingga (paku terbalik) terdapat monumen Makam Pahlawan Tak Dikenal. Monumen ini dibangun untuk mengenang jasa ribuan pahlawan dan warga sipil yang meninggal saat peristiwa 10 November.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.