Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salju Pertama Tahun Ini di Murodo

Kompas.com - 17/11/2016, 08:00 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

Di Murodo aku menemukan puisi, pada salju yang turun di hari pertama tahun ini. Maka kubiarkan wajah tropisku dilumat oleh angin beku yang memecahkan garis-garis di bibir.

Aku memang sedang merasai ketabahan orang jepang, teguh menghadapi musim yang berganti, dan pintar bersiasat atas cuaca.

Di Murodo aku menikmati kopi hitam dan cerita panjang tentang negeri yang timbul tenggelam oleh badai tapi tetap gagah.

Di Murodo aku juga membaca kisah tentang gunung, laut, ladang, sandang, makanan, teknologi, juga tradisi yang mengalir jadi bait-bait puisi dengan rima dan diksi yang terjaga. Lantas dihembuskan ke delapan penjuru mata angin, agar dunia berpaling ke timur, tempat matahari merekah dengan indah, tempat mukim sebuah bangsa yang tak mudah menyerah.

Di Murodo aku memang menggigil, tapi seperti Sam Gomisawa, aku tetap tersenyum bahkan ketika hujan salju mengamuk di tepian kolam Mikuri

Kubiarkan diriku menjelma burung gagak yang melintasi angkasa Toyama dan sesekali hinggap di atap rumah-rumah penduduk. Kemudian tubuhku berubah menjadi bebek yang merenangi bendungan Kurobe. Kunikmati hidupku seperti Yoko Takebe menikmati sake, onsen, sushi dan sashimi....
segar dan penuh kejutan

Murodo, 1 November 2016

Puisi, itulah jawabannya saat saya ditanya oleh penyanyi balada Ully Sigar Rusady, oleh-oleh apa yang saya bawa dari Jepang.

Bagi saya, Jepang adalah puisi. Gunung-gunung, hutan, laut, musim dingin, musim semi, adalah keindahan yang lebih terjelaskan melalui puisi.

Pagi ini saya akan memulai membaca bait-bait puisi tentang panorama alam di sekitar Gunung Tateyama. Pukul 07.10, kami sudah berangkat dari hotel menuju Tateyama Kurobe Alpine Route. Sebuah tujuan wisata andalan di Toyama.

Menggunakan minibus jumbo, kami melaju menyusuri bukit menuju Stasiun Tateyama. Di kanan dan kiri jalan berjajar pohon-pohon tinggi denggan daun aneka warna yang didominasi daunan warna merah dan kuning.

Sekira 40 menit, kami tiba di Tateyama cable car station, untuk selanjutnya naik kereta listrik menuju Bijodaira. Di kendaraan ini kami hanya butuh waktu tujuh menit untuk sampai stasiun tujuan dengan ketinggian 977 mdpl. Inilah terminal untuk naik menuju Murodo yang memiliki ketinggian 2450 mdpl. Dari Bijodaira kami naik bus menuju Murodo.

Sama dengan pemandangan antara Toyama - Bijodaira, di samping kanan-kiri jalan juga tampak hutan asri dengan pohonan aneka warna. Di tengah perjalanan bus sempat melambat dan berhenti sejenak untuk memberi kesempatan penumpang memotret air terjun di kejauhan.

Saya jadi terkenang kisah Mushashi, sebuah novel fiksi karya Eiji Yoshikawa yang bercerita mengenai Miyamoto Musashi, pendekar pedang (samurai) Jepang paling terkenal yang pernah hidup. Saya membayangkan Musashi berkelebatan di hutan-hutan yang menghampar di lembah sambil berlatih pedang. Sementara Otsu, wanita yang mengaguminya mencarinya ke segenap penjuru.

Lamunan saya buyar saat bus melambat. Kami tiba di Murodo. Surprise, kami warga dari negeri tropis seperti menerima anugerah tak terperi saat menyaksikan salju sudah menummpuk di tepian jalan. Ya, inilah salju pertama yang turun
di Murodo tahun ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com