Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trotoar Kota yang Memanjakan

Kompas.com - 17/11/2016, 09:12 WIB

MENIKMATI kota tidak berarti harus mengeluarkan uang banyak. Berjalan kaki di tengah kota saat hari libur juga menyenangkan. Selain sehat, kita bisa mengamati kota saat derap aktivitasnya tak terlampau sibuk. Tentu saja, trotoar yang nyaman menjadi keharusan.

Perjalanan ke Seoul, ibu kota Korea Selatan, awal Oktober 2016, menyisakan memori kuat tentang keteraturan kota. Seoul betul-betul menampilkan diri sebagai kota metropolitan yang mampu mendukung aktivitas warganya.

Yang mencolok, begitu Kompas tiba di ibu kota ”Negeri Ginseng” itu adalah pemandangan trotoar yang lebar di hampir setiap tepi ruas jalan. Memasuki Seoul dari arah Bandara Incheon, kita melewati kawasan kampus dan perdagangan. Sejauh mata memandang, warga berjalan nyaman dan aman di trotoar.

Warga yang sudah sepuh, dengan tongkatnya, pun tetap bisa berjalan pelan tetapi pasti. Pengguna kursi roda dimudahkan saat memutar roda tanpa takut masuk lubang. Mereka yang energik dan terburu-buru bisa cepat saja berlalu.

Trotoar juga yang menghubungkan permukiman dengan kantor, sekolah, pasar, sungai, hingga halte ataupun stasiun. Berjalan kaki pun menjadi sarana transportasi utama untuk menjangkau tempat tujuan bagi siapa pun, termasuk wisatawan ataupun pengunjung yang datang seperti kami.

Dimanjakan

Sulit mendapati trotoar Seoul yang menyempit gara-gara diokupasi pedagang kaki lima atau pedagang tanaman hias seperti di Jakarta. Yang ada, warga dimanjakan dengan trotoar selebar 3 meter-4 meter di jalan umum dan trotoar yang lapang di jalan utama.

Bahkan, jika diukur, trotoar di jalan utama itu bisa dilalui dua mobil yang berpapasan. Tetapi, tentu saja, itu hanya perumpamaan. Kenyataannya, trotoar di situ steril dari kendaraan bermotor.

Trotoar dibangun apik. Melewati trotoar di saat santai sembari bersenda gurau dengan teman atau keluarga menjadi sebuah kesenangan tersendiri.

Pejalan kaki dimanjakan dengan lantai semen yang rata dan tidak licin. Di beberapa lokasi, lantai trotoar dibangun dari keramik yang juga tidak licin.

KOMPAS/HELENA F NABABAN Pejalan kaki di Seoul, Korea Selatan, Selasa (4/10/2016), dimanjakan dengan trotoar yang lebar dan rapi serta tidak dipenuhi pedagang kaki lima. Trotoar nyaman yang terbentang di seluruh penjuru kota mendukung mobilitas dan pergerakan manusia
Keteraturan ini tak lepas dari tata kota. Kota yang awalnya dikenal sebagai Gyeongseong, lalu berganti nama menjadi Seoul pada 1945 itu, memang tumbuh berdasarkan perencanaan.

Merujuk ke laman resmi Pemerintah Korea Selatan, Pemerintah Kota Seoul sudah memikirkan tata kota sejak lama. Bahkan, pada 1896, pemerintah setempat mengatur kembali tata kota itu.

Perencanaan itu terlihat dalam pembangunan jalan-jalan untuk mobil, jalur kereta, penataan ulang sungai dan daerah aliran sungai, pembangunan jembatan, pemetaan kawasan bisnis dan perdagangan, perencanaan pembangunan perpipaan gas, air bersih, dan air limbah, hingga permukiman.

Menikmati pemandangan kota Seoul juga tidak hanya saat berjalan di permukaan tanah. Bawah tanah juga disiapkan untuk mendukung perjalanan para pejalan kaki.

Seperti terlihat di kawasan Gwanghwamun yang dibangun pada 1966 serta di titik perempatan besar antara kawasan perdagangan Myeongdong dan Namdaemun. Terowongan bagi pejalan kaki itu menghubungkan empat jalan raya besar yang bertemu di perempatan sibuk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com