Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu di Balik Secangkir Kopi Kawa Khas Payakumbuh

Kompas.com - 12/12/2016, 08:05 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai minuman, kopi dibuat dari biji tanaman kopi yang diolah sedemikian rupa. Hasilnya merupakan minuman dengan warna yang pekat, rasa yang dalam, serta aroma yang khas.

Namun di Payakumbuh, Sumatera Barat, kopi tidak diolah dari biji melainkan daun tumbuhan kopi. Minuman khas tersebut dinamakan "kopi kawa".

KompasTravel mendapati minuman kopi yang terbilang langka ini di Festival Jajanan Minang 2016 yang digelar di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu (11/12/2016). Salah satu stan, Amer's Keik milik Andhian Nurmala atau akrab disapa Mala adalah satu satunya stan yang menjual kopi kawa.

"Ini kopi khas dari Payakumbuh. Sebenarnya ada cerita sedih di balik kopi ini," kata Mala.

BACA JUGA: Akhir Pekan di Jakarta, Berburu Kuliner Langka di Festival Jajanan Minang

Ia kemudian bercerita, kopi kawa dibuat oleh masyarakat Payakumbuh saat zaman penjajahan Belanda. Tepatnya saat kebijakan tanam paksa diberlakukan kepada masyarakat.

"Mereka menanam tapi tak bisa minum kopi karena semua biji kopi diambil oleh Belanda. Akhirnya untuk mengurangi rasa sakit hati, diambillah daun-daun kopi itu, diasap kemudian dikeringkan dan direbus. Jadilah kopi kawa," papar Mala kepada KompasTravel.

Menurut Mala, kopi kawa ini sudah semakin langka. "Di Jakarta cuma ada satu kedai. Kalau di Payakumbuh sendiri masih ada. Saya sendiri membeli daun kopi kawa ini langsung dari Payukumbuh," katanya.

Untuk mengolah kopi kawa, daun kopi yang sudah diasap dan dikeringkan hanya perlu direbus di panci tanah liat.

"Harus panci tanah liat. Kalau panci alumunium takutnya bereaksi," kata Mala.

BACA JUGA: Baru 5 Jam Festival Jajanan Minang Dibuka, Makanan Sudah Ludes Terjual

Untuk menambah rasa nikmat kopi kawa, Mala menambahkan kayu manis dan gula merah yang sebelumnya telah dicampurkan dengan cengkeh. Kata Mala, kopi kawa sangat baik untuk orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi.

"Hanya saja (minumnya) yang original, jangan dicampur gula. Minumnya seperti teh saja. Sehari boleh lebih dari sekali," kata Mala.

Saya mencicipi rasa kopi kawa dan rasanya sangat unik. Lebih mirip teh dibanding kopi. Warna cokelatnya tidak lebih pekat daripada kopi, dengan kedalaman rasa yang lebih berat ketimbang teh.

Rasa asap sangat kental, hasil dari pengasapan daun kopi. Mengonsumsi kopi kawa tak menimbulkan reaksi pada lambung atau jantung yang berdegup kencang layaknya meminum kopi biasa. Kopi ini juga minim kafein.

Namun jika ingin merasakan sensasi minum kopi yang berbeda, jelas kopi kawa patut dicoba. Secangkir kopi kawa dihargai Rp 10.000 di stan Amer's Cake.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com