Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hangatnya Racikan Kopi Berpadu Rempah

Kompas.com - 07/01/2017, 19:15 WIB

UDARA dingin merayapi raga saat malam bertambah larut di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Adam Musi dari Veco Indonesia, lembaga pendamping petani kopi di Pulau Flores, bersama Kompas bergegas menuju warung dengan dinding bambu, Kafe Mane. Tujuannya satu, membeli kopi panas untuk menghangatkan tubuh.

Kafe Mane memang menyediakan sejumlah minuman kopi. Ada kopi lanang, kopi jahe, kopi arabika Bajawa dan Manggarai, serta espresso hasil campuran arabika dan robusta.

Pilihan pun jatuh pada kopi lanang dan kopi jahe dengan harapan hangatnya jahe akan segera membuyarkan dingin dalam tubuh.

Kopi jahe di Kafe Mane memiliki racikan unik. Pemilik warung kopi, Bony Oldam Romas (66), mengatakan, kopi jahe merupakan paduan kopi dan rempah.

Kopi arabika diseduh bersama rebusan jahe, batang serai, kayu manis, cengkeh, lada, gula merah, dan kunyit. ”Semua campurannya adalah hasil racikan sendiri,” kata Bony, Agustus 2016 lalu.

Rasa kopi dan seluruh racikan rempah tersebut terasa pekat dan menyatu. Bony menambahkan kunyit karena manfaatnya yang mengikat seluruh rasa di dalamnya.

Kopi lanang atau peaberry coffee disebut begitu karena bentuk bijinya berbeda dengan kopi pada umumnya. Kopi lanang berbiji tunggal dan bulat, tidak terbelah seperti bentuk biji kopi kebanyakan.

Untuk mendapatkannya harus dipilih satu per satu mana yang berbiji tunggal. Tentu biji kopi lanang yang bisa diperoleh hanya sedikit dari sekian banyak butiran kopi.

Dari sisi rasa dan aroma, sebenarnya kopi lanang tidak jauh beda. Hanya saja, rasa pekatnya sedikit lebih padat. Yang lebih dirasakan juga sensasinya menikmati kopi yang diolah dari biji kopi tunggal yang langka. Kopi lanang dipercaya memiliki khasiat memperkuat stamina dan meningkatkan daya konsentrasi.

Setelah memesan, pembeli di Kafe Mane dapat melihat bagaimana pramusaji menyajikan kopi yang mereka pesan. Setiap kopi yang telah disangrai baru akan digiling setelah pesanan masuk.

Kemudian bubuknya diseduh dalam cangkir. Barulah dihidangkan. Sajian minuman kopi pun menjadi begitu segar (fresh).

”Kopi bubuk harus selalu digiling baru sebelum diseduh agar aroma dan rasanya masih sangat terasa,” kata Bony.

Budaya ”ngopi”

Menjelang pukul 22.00 Wita, sekelompok wisatawan asal Inggris masuk di sudut lain kafe. Ada lagi sejumlah anak muda baru datang. Mereka memilih bangku di luar.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com