Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyesap Harumnya Peluang Bisnis Martabak Durian

Kompas.com - 12/01/2017, 15:06 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Durian bak manusia yang punya dua sifat. Di satu sisi bisa menyenangkan, di sisi lain bisa amat menyebalkan.

Hal itu tak lepas dari menyengatnya bau durian yang menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang. Namun, bagi penggemarnya, durian bisa jadi lebih berharga dari emas.

Seperti itulah yang ada di benak perintis Istana Martabak, Ardianto (42) kala menjual varian martabak durian di gerainya. Ia sendiri berhasil memertahankan martabak durian sejak pertengahan tahun 2005 hingga sekarang.

BACA JUGA: Semerbak Harum Martabak Durian...

Ardianto menyebut martabak durian tetap diminati oleh penggemarnya. Pasalnya, pembeli martabak durian memiliki segmennya tersendiri. Ia sendiri melihat tren martabak durian saat ini masih terbilang positif, karena permintaannya relatif stabil.

“Untuk loyang yang kecil, 20-30 martabak durian per hari. Kalau yang ukuran itu belasan. Martabak mini itu yang diminati itu karena murah dan bisa dimakan sendiri. Gak ada yang sisa. Kalau yang gede, gak abis itu basi. Makanya rata-rata beli yang kecil,” jelasnya.

BACA JUGA: Sajian Martabak Durian Sudah Ada Sejak 12 Tahun Lalu

Ia sendiri dalam setiap bulan bisa menghabiskan daging durian beku mencapai 100-150 kilogram. Bahkan, jika memasuki musim durian, ia bisa menyimpan hingga 200 kilogram durian setiap bulannya.

“Martabak durian itu di sini totalnya 20 persen dari seluruh penjualan martabak manis. Dibandingkan dengan martabak durian, penjualan yang martabak durian mini itu sekitar 70 persen dari total penjualan," ujarnya.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Istana Martabak, usaha yang dirintis oleh Ardianto (42), sejak tahun 2001 yang menjual olahan buah durian dengan cara digabung dengan martabak. Istana Martabak menyediakan dua pilihan rasa yakni durian polos dan durian keju.

Adapun total varian dari menu martabak yang ditawarkan oleh Istana Durian berjumlah 25 varian. Ardianto menyebut di gerainya, martabak durian adalah primadona setelah varian martabak keju.

Secara pembuatan, Ardianto mengatakan martabak durian secara umum sama dengan martabak lain dan mudah. Bedanya, hanya daging durian yang dibekukan sebelum dioles ke martabak.

"Martabak durian itu sulitnya untuk menyimpannya. Gak tahan lama. Paling lama dua hari pakai freezer. Kalau sudah jadi martabak, 5-6 jam saja,” tambah Ardianto.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO KompasTravel sempat melihat proses pembuatan martabak durian di Istana Martabak. Proses awal pembuatan martabak tak berbeda pada umumnya. Si pembuat martabak mengaduk adonan dan lalu dituangkan ke sebuah loyang kecil. Kemudian, sekitar dua menit kurang dimasak dengan api sedang.

Meski demikian, laki-laki kelahiran Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung ini mengatakan peluang untuk mendapatkan buah durian di Indonesia sangat besar. Apalagi, saat ini telah tersedia daging durian dalam bentuk beku seperti durian Medan.

“Musim durian itu secara itu continue, gak putus. Selalu ada. Paling kalau bisa disimpan dalam bentuk beku. Beli sekali langsung duriannya,” ujarnya.

BACA JUGA: 5 Martabak Kekinian Pilihan untuk Jajan Sore

Hingga saat ini, laki-laki beranak dua itu menyebut peluang untuk membuka usaha martabak durian masih lebar. Secara bahan, pembuatan, dan pasar peminat martabak durian mudah didapatkan.

Peluang lain adalah durian jenis lain yang bisa didapatkan selain dari Medan. Repotnya untuk mengupas buah durian juga tak perlu dilakukan lewat memesan daging durian dalam bentuk beku.

"Kalau untuk durian prospek ke depannya masih bagus. Kalau suka durian, pasti suka martabak durian," ujar Ardianto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com