Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Imlek, Mengapa Tak Perlu Makan Sup Sirip Ikan Hiu?

Kompas.com - 25/01/2017, 22:17 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jelang Libur Tahun Baru China atau biasa yang dikenal dengan Imlek, ada satu kuliner yang bisa ditemui seperti sup sirip ikan hiu. Sup yang dikenal dengan nama "Sup Hisit" disajikan dengan kuah kaldu dan disantap bersama keluarga maupun rekan.

Namun, hidangan dengan bahan utama dari ikan hiu punya beberapa akibat yang membahayakan tubuh manusia. Bahaya tersebut berasal dari kandungan merkuri yang ada pada ikan hiu.

"Kalau dari segi kesehatan, itu sudah banyak rilis dari IPB (Institut Pertanian Bogor) dan juga BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Memang merkuri ini dampaknya gak satu dua tahun tapi akan pasti kelihatan," jelas Koordinator Konservasi Ikan Hiu dari Lembaga World Fund Indonesia, Dwi Ariyoga Gautama kepada KompasTravel seusai acara Diskusi Terbuka "Menghilangkan Hiu dari Menu" di Jakarta, Rabu (25/1/2017).

Yoga mengatakan merkuri bisa menyebabkan kelainan saraf bagi pengonsumsi ikan hiu. Pada ibu hamil, lanjutnya, bayi kemungkinan bisa mengalami kelainan saat lahir.

"Hampir semua top predator seperti ikan hiu, itu punya kandungan merkuri," jelasnya.

Menurutnya, zat merkuri pada daging hiu merupakan akumulasi dari ikan-ikan kecil yang dikonsumsi. Ikan hiu sendiri adalah predator tertinggi dari ekosistem laut.

"Logam berat itu gak bisa dihilangkan. Diakumulasi bisa. Misalnya kita makan satu ikan kandungannya 0,01 mg tapi dari beberapa ikan. Tadi banyak ikan diakumulasi. Karena hiu itu berada di atas, jadi akumulasi logamnya tinggi," tambahnya.

KOMPAS.com / RONNY ADOLOF BUOL Seorang pembeli sedang menawar daging ikan hiu yang dijual di pasar tradisional Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, Sabtu (25/5/2013). Perairan Sulawesi Utara kerap dijadikan tempat berburu ikan hiu. Hasil tangkapan diolah dan dijual kembali dengan harga tinggi.
Director Coral Triangle Program WWF Indonesia Wawan Ridwan mengatakan keberadaan ikan hiu berpengaruh pada ekosistem laut. Jika populasi ikan hiu berkurang, maka rantai makanan yang ada di bawahnya akan terganggu.

"Salah satu yang terjadi penelitian di Tasmania. Ketika pada saat itu mengambil ikan hiu tak terkendali. Dia di sana memakan gurita. Maka populasi gurita naik tajam. Di saat yang bersamaan banyak disadari lobster banyak hilang di sana karena gurita yang makan lobster banyak. Secara selektif kita harus memobilisasi untuk mengurangi dan menstop menu ikan hiu secara komersial," ujar Wawan dalam sambutan.

Sebagai predator di puncak rantai makanan, hiu berperan menjaga keseimbangan populasi ikan di laut. Bila ikan hiu punah, jumlah pemangsa di bawahnya akan melonjak tak terkendali dan menghabiskan mangsa di bawahnya.

Sementara Praktisi Kuliner William Wongso mengatakan sup sirip ikan hiu memang erat kaitannya dengan Imlek. Namun, ia mengatakan rasa nikmat dari sup sirip ikan hiu hanya berasal dari kuah kaldu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com