Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Panjang Asal Usul Lontong Cap Go Meh di Nusantara...

Kompas.com - 07/02/2017, 05:12 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Tahun Baru Imlek biasanya ditutup dengan perayaan Cap Go Meh dan menyantap “Lontong Cap Go Meh”. Saat itu, biasanya kuliner lontong dengan opor ayam dan taburan lain akan menjadi santapan di meja.

Cap Go Meh diambil dari dialek Hokkian berarti ‘malam ke 15’ alias malam bulan purnama menurut penanggalan Imlek. Cap Go Meh sendiri adalah penutup dari perayaan tahun baru Imlek.

Kuliner lontong dipadukan sambal goreng hati juga aneka masakan lain seperti sayur lodeh, sambal goreng hati, acar, telur pindang, abon sapi, bubuk koya, sambal dan kerupuk. Pada jelang dan saat Cap Go Meh itu, kuliner itu banyak beredar di meja-meja.

(BACA: Naga 178 Meter Akan Meriahkan Cap Go Meh di Singkawang)

Namun, dari mana asal-usul kuliner Lontong Cap Go Meh? Pemerhati budaya China, Agni Malagina menceritakan Lontong Cap Go Meh adalah bentuk kuliner adaptasi peranakan China di Nusantara.

“Lontong Cap Go Meh ini bentuk makanan adaptasi, bentuk baru untuk kaum peranakan. Bukan menggantikan, mereka menghormati tradisi masyarakat setempat (di pesisir Laut Jawa). Lontong Cap Go Meh ini murni untuk merayakan Cap Go Meh. Mereka ingin memunculkan identitas asli mereka karena kan peranakan itu gak tahu resep masakan asli,” kata Agni saat dihubungi KompasTravel, Senin (6/2/2017).

Kidnesia/Renny Yaniar Klenteng Tay Kak Sie terletak di Gang Lombok, di daerah Pecinan Semarang.
Agni menceritakan lontong Cap Go Meh sendiri adalah hanya ditemukan di pesisir Laut Jawa. Di daerah-daerah peranakan China lain seperti di Singkawang, Palembang, atau Bangka Belitung tak ada.

“Akulturasi di Bangka Belitung, Singkawang di Pontianak, memang baru-baru datang ke nusantara pada abad ke-19 karena untuk mengisi tenaga kerja perkebunan dan tambang. Interaksi dan asimilasi di sana kurang mendalam dibandingkan imigran-imigran dari China ke Pulau Jawa,” tambahnya.

(BACA: Siap-siap! Cap Go Meh Bogor Festival 2017 Kembali Digelar)

Pada awalnya, Laksamana Cheng Ho pada Dinasti Ming tahun 1368-1644 masuk ke wilayah pesisir Laut Jawa di sisi Semarang. Laki-laki imigran China banyak berinteraksi dengan masyarakat setempat seperti perkawinan dengan perempuan-perempuan Jawa.

“Versinya itu kan jalur sutera. Itu yang dimasuki oleh China di pesisir utara Jawa. Kenapa di pesisir? Itu karena jalur laut,” jelas Agni.

TRIBUN JATENG/M SYOFRI KURNIAWAN Pegawai Batik Tulis Sigit Witjaksono saat menyelesaikan pembuatan batik lasem.
Imigran China di pesisir Laut Jawa tinggal dan lalu mengadopsi kebudayaan setempat. Seperti salah satunya dengan melihat tradisi kuliner ketupat lebaran dan opor ayam.

Sebagaimana pendatang, imigran China pun memperkenalkan segala jenis pengetahuan yang dibawa dari negeri asalnya. Ada makanan dan bahkan hingga penanggalan Imlek yang diberikan kepada penduduk setempat.

“Budaya lontong itu kan budaya umat Muslim. Di Lasem itu, itu ada lontong segi tiga. Itu gak beda jauh digunakan sama lontong China peranakan. Itu kuliner kan saling serap dan saling pinjam (resep),”jelasnya.

Ia menceritakan Lontong Cap Go Meh berasal dari kebiasaan dari santri menyantap ketupat dan opor ayam. Selanjutnya, China peranakan melihat kuliner itu dan mencicipi ketupat dan opor ayam.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com