Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Sufyan Abd
Dosen

Dosen Digital Public Relations Telkom University, Lulusan Doktoral Agama dan Media UIN SGD Bandung. Aktivis sosial di IPHI Jabar, Pemuda ICMI Jabar, MUI Kota Bandung, Yayasan Roda Amal & Komunitas Kibar'99 Smansa Cianjur. Penulis dan editor lebih dari 10 buku, terutama profil & knowledge management dari instansi. Selain itu, konsultan public relations spesialis pemerintahan dan PR Writing. Bisa dihubungi di sufyandigitalpr@gmail.com

Story Telling, Taktik Agar Kedai Kopi Lokal Tak Semenjana

Kompas.com - 17/02/2017, 06:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Jika terkait tren mutakhir kedai kopi lokal, kita tentu tak ingin deja vu seperti Kafe Tenda Semanggi tahun 1998 yang kala itu cepat naik pamor dan jadi pilihan publik namun seketika pula memudar tak jelas rimbanya. 

Di banyak kota besar di Indonesia kekinian, terutama menggunakan pendekatan tempat nongkrong yang cozy (baik dengan sentuhan interior modern, vintage, alami, hingga industrial), kedai kopi lokal mulai menemukan marwahnya.

Tanpa membonceng identitas kedai kopi global, kedai kopi tersebut menawarkan identitas sendiri yang khas, yang menariknya selain satu sama lain tak serupa, juga menyajikan kepercayaan diri yang tinggi.

Ambil contoh di Kota Bandung. Ketika cuatan kedai kopi lokal alami banyak dimunculkan Kopi Armor di kawasan Taman Hutan Raya Juanda (kini sudah ditutup dan pindah di lokasi tak jauh beda), maka yang lain pantang mencontek.

Energi kreativitas barudak Bandung membuat bentuk rupa kedai kopi penerusnya bermacam ragam dan menarik.

Semisal Mimiti/Missbee dengan konsep coffee garden, Stream Coffee/Common Ground/Boyle's (modern minimalis) hingga Kozi Lab (industrial, bahkan gunakan sebuah bekas gudang di kawasan Gudang Utara, Kosambi).       

Di lain pihak, apa biji kopi yang ditawarkan, juga beragam. Ada yang setia dengan kopi Jawa Baratnya seperti Morning Glory dan Yellow Truck, kopi Sumatera (Old Ben Coffee), kopi gayo (upnormal), hingga kopi Indonesia Timur yakni Sulawesi dan Flores (Cultivar).  

Dan, seluruhnya itu hidup. Tempat kopi, sekaligus hang out, ini punya massa yang loyal dan segmensial. Tidak saling memakan, karena sajian lokasi dan tentu kopinya masing-masing memiliki citra unik dan nyata terlepas dari tren kedai kopi global.

Dalam derap kemajuan semacam ini, sebagai penikmat kopi lokal sekaligus akademisi ilmu komunikasi, izinkan penulis menceritakan apa yang belum banyak dipraktekkan kedai kopi lokal sehingga keberlangsungan mereka terjaga ke depannya.

Ini agar jangan jadi sekedar tren kuliner urban yang tak sustain dan berefek luas, kedai kopi lokal semestinya kian hari kian mengkilap dan jadi pilihan prioritas; Tak kalah keren mereka yang datang ke tempat ini dibandingkan ke Starbuck, misalnya.

Barista Bercerita

Jika sempat ingat film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) II, ada fragmen menarik ketika Cinta dan Rangga bertemu Pepeng. Barista dan pemilik Klinik Kopi di Gang Madukoro, Jalan Kaliurang KM 7,5, Sleman, Yogyakarta ini bukan sekedar pembuat kopi, akan tetapi seorang story teller yang baik.

Dalam adegan tersebut, dan nyatanya juga demikian, Pepeng fasih bercerita runtutan sebuah biji kopi. Dari petani mana, bagaimana para petani mengolahnya, dan akhirnya dinikmati para enthusiast coffee. Selain biji, diceritakan pula proses pengolahan kopi menggunakan sejumlah perangkat manual brew --masing-masing mengeluarkan potensi yang berbeda.

Ini taktik menarik dan relevan. Menarik karena saat merecap kopi, ada sensasi soal bagaimana akhirnya bisa kita nikmati. Relevan karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan budaya lisan kuat, senang berbagi kisah satu sama lainnya.

Teknik story telling ini akan menjadi ujung tombak dari kemasan banyak kedai kopi di tanah air. Para barista akan menceritakan cerita panjang di balik aneka biji kopi lokal, sehingga saat minum, ada sensasi tersendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com