Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klinik Kesehatan Hewan di Kebun Binatang, Seperti Apa?

Kompas.com - 17/02/2017, 09:10 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - Singapore Zoo adalah salah satu kebun binatang terbaik di Asia Tenggara, yang juga jadi favorit wisatawan saat berkunjung ke Negeri Singa. Kebun binatang ini berada di bawah naungan Wildlife Reserves Singapore (WRS), perusahaan yang menjadi induk pengelola dari Jurong Bird Park, Night Safari, Singapore Zoo dan River Safari.

Pengelola Singapore Zoo tak akan membiarkan satwa-satwanya terkapar lemah tak berdaya. Wildlife Healthcare and Research Center menjadi balai pengobatan bagi satwa-satwa yang terbaring sakit.

Klinik ini dilengkapi ruangan treatment, ruang X-Ray, ultrasound scan, dan peralatan canggih lainnya. Asistant Curator WRS, Haniman Boniran saat dikunjungi Kompas.com dan awak media lainnya mencoba menjabarkan satu persatu alat-alat pendukung kesehatan yang dimiliki Wildlife Healthcare and Research Center.

Haniman menyebutkan, Wildlife Healthcare and Research Center memiliki satu alat pendeteksi kehamilan senilai 40.000 dollar Singapura atau setara dengan Rp 380 juta (asumsi rupiah RP 9.500 per dollar Singapura).

"Alat tersebut bisa digunakan ke semua satwa yang ada di Singapore Zoo," tuturnya.

BACA: Satu Jam Saja Tak Cukup di Museum Nasional Singapura

Selain faktor kesehatan, makanan untuk satwa-satwa di Singapore Zoo pun sangat diperhatikan. Makanan yang diberikan ke satwa-satwa tersebut akan menentukan keberlangsungan hidup satwa tersebut.

Makanan untuk hewan karnivora atau pemakan daging misalnya, pihaknya mendatangkan daging-daging segar yang diimpor langsung dari beberapa negara seperti Brazil, Argentina, Selandia Baru, Australia dan Kanada.

Menurut Haniman, negara-negara pemasok daging tersebut telah memiliki sertifikasi yang telah dinyatakan aman untuk dikonsumsi oleh manusia sehingga secara otomatis aman juga dikonsumsi oleh satwa-satwa yang ada di Singapore Zoo.

"Impor daging ayam dari Brazil dan Argentina, impor daging sapi dari Selandia Baru dan Australia. Impor ikan dari Kanada. Negara-negara tersebut sudah tersertifikasi makanannya, aman untuk dimakan manusia dan hewan. Setiap 2 bulan impor," terangnya.

Haniman menambahkan, tak semua bahan makanan diimpor dengan mudah. Terdapat beberapa bahan makanan yang cukup sulit didapatkan. Salah satu contohnya adalah telur semut yang didatangkan langsung dari negara tetangganya yakni Malaysia.

KOMPAS.COM/IWAN SUPRIYATNA Pintu masuk Singapore Zoo.

Telur semut adalah makanan salah satu hewan khas asal Singapura yakni trenggiling. Semut maupun telur semut ini harus selalu ada untuk menghindari trenggiling kelaparan. Sementara semut maupun telur semut tak selalu ada di pasaran Malaysia.

Sehingga pihaknya mencoba mengkombinasikan semut maupun telur semut tersebut dengan bahan makanan lain yang memiliki rasa yang serupa dengan makanan trenggiling di habitat aslinya.

"Paling susah itu telur semut, itu harus impor dari Malaysia. Sementara telur semut itu tidak selalu ada, sehingga harus dikombinasi," ucap Haniman.

BACA: 3 Pasar Tradisional Wajib Dikunjungi di Singapura

Singapore Zoo buka setiap hari pukul 10.00 hingga 19.00 waktu setempat. Harga tiket masuknya dibanderol 33 dollar Singapura untuk dewasa dan 22 dollar Singapura untuk anak-anak usia 3 sampai 12 tahun.

Singapore Zoo juga bisa diakses mengunakan MRT dilanjutkan dengan bus gratis. Dari MRT Cho Chu Kang di North South Line, Anda bisa naik bus gratis nomor 927. Jika datang dari MRT Ang Mo Kio di North South Line, naiklah bus gratis nomor 138.

Sementara jika datang dari MRT Marsiling atau Woodlands di North South Line, Anda bisa melanjutkan perjalanan dengan naik bus gratis nomor 926 (hanya beroperasi pada Minggu dan hari libur).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com