Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Orang Jawa di Negeri Gajah Putih

Kompas.com - 18/02/2017, 09:26 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

BANGKOK, KOMPAS.com — Jejak orang Jawa di luar Indonesia tak hanya ada di Suriname. Di Bangkok, Thailand, orang Jawa juga meninggalkan jejak kebudayaan berupa masjid yang berarsitektur Jawa.

Masjid berarsitektur Jawa itu sudah berdiri sejak 108 tahun yang lalu. Masjid ini dibangun oleh H Muhammad Saleh, mertua dari KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Pembangunan masjid tersebut pada awalnya bertujuan untuk memfasilitasi tempat ibadah bagi para Muslim asal Jawa yang bekerja di Thailand.

Masjid Jawa atau Jawa Mosque terletak di Jalan Soi Charoen Rat 1 Yaek 9, Sathorn, Bangkok. Arsitektur Jawa langsung terasa begitu melihat atap masjid.

Masjid Jawa tak beratapkan kubah sebagaimana halnya kebanyakan masjid. Ia beratapkan limas bersusun tiga seperti Masjid Demak yang menunjukkan adanya akulturasi kebudayaan antara Islam dan Hindu di Jawa.

Distrik Sathorn memang menjadi salah satu tempat tinggal komunitas Muslim di Bangkok. Hampir 80 persen penduduk di Distrik Sathorn beragama Islam.

Jawa Mosque terletak di jantung kota Bangkok. Masjid tersebut tersembunyi di antara hostel-hostel murah tempat menginap para pelancong mancanegara dengan dana minim, atau biasa disebut backpacker.

Jalan menuju Jawa Mosque juga cukup sempit. Jalan tersebut hanya bisa dilalui satu mobil. Rasanya sangsi, di tengah-tengah hostel dan penginapan murah, terdapat sebuah masjid.

KOMPAS.com/RAKHMAT NUR HAKIM Masjid Jawa atau Jawa Mosque di Jalan Soi Charoen Rat 1 Yaek 9, Sathorn, Bangkok, Thailand, Sabtu (11/2/2017). Masjid berarsitektur Jawa yang berdiri sejak 108 tahun lalu. Masjid ini dibangun oleh H Muhammad Saleh, mertua dari KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.
Dari BTS (kereta layang) Surasak Station, Sabtu (11/2/2017) itu, saya menyusuri gang-gang kecil untuk bisa sampai di Jawa Mosque. Tak sampai 10 menit, saya pun sampai di Jawa Mosque.

Tak ada sambutan apa pun dari masyarakat di sana. Tak ada pula hal yang mengesankan masjid itu sebagai destinasi wisata di Bangkok. Saat saya tiba di sana, jarum jam menunjukkan pukul 10.30 waktu setempat.

Masjid tampak sepi dan hanya ada seorang pria yang sedang duduk di teras masjid. Saat saya menghampiri dan mengajak berbicara dalam bahasa Inggris, ternyata dia hanya bisa berbahasa Thailand.

Dengan bahasa isyarat, ia pun mengarahkan saya ke ruang pengurusan jenazah, yang di dalamnya terdapat seorang perempuan dan laki-laki yang tengah merapikan kain kafan. Saya langsung mengucap salam kepada mereka dan bertanya dalam bahasa Inggris.

Beruntung, perempuan yang bernama Maryam itu bisa berbahasa Inggris. Maryam akhirnya memperkenalkan pria yang bersamanya tengah merapikan kain kafan. Abdul Hamid namanya. Ia merupakan Ketua Komunitas Muslim di sana. Saya lalu meminta izin untuk memotret interior masjid tersebut.

Seusai itu, saya kembali berbincang dengan Maryam. Ia mengatakan, Jawa Mosque merupakan pusat aktivitas keagamaan bagi umat Islam di Distrik Sathorn. Menurut Maryam, meski namanya seperti nama-nama orang Melayu, ia sama sekai tak bisa berbahasa Melayu.

Ia menambahkan, hampir semua penduduk di sana memang memiliki pertalian darah dengan orang Jawa yang pernah bekerja di Thailand.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com