Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muhammad Nurdin Razak Menduniakan Ekowisata Baluran

Kompas.com - 09/03/2017, 15:10 WIB

SUDAH ratusan kali, sejak empat tahun lalu, Muhammad Nurdin Razak (46) menjelajahi Taman Nasional Baluran di perbatasan Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi, Jawa Timur.

Ia mencintai hutan seluas 25 hektar itu. Dia getol mempromosikan kawasan hutan yang disebut ”Amazon” Indonesia itu hingga ke luar negeri.

Nurdin, sapaan akrab Muhammad Nurdin Razak, khatam betul segala isi perut Baluran, flora dan faunanya, termasuk kehidupan sosial dan ekonomi warga desa sekitarnya. Baluran tak cuma cocok bagi petualang, tapi juga wisatawan.

Kawasan itu menyuguhkan alam yang lengkap, mulai dari pantai, hutan bakau, padang savana, hingga gunung. Padahal, dia tidak punya kaitan formal dengan pengelolaan kawasan tersebut.

Ia pun memandu sendiri turis dari sejumlah negara. Mereka rata-rata adalah mahasiswa atau peneliti, antara lain, dari Malaysia, China, Belanda, dan Norwegia.

Setiap kali mendampingi turis menjelajahi Baluran, Nurdin yang memang gemar fotografi, terutama terkait kehidupan liar, tak pernah lepas dari kamera.

Dia tekun berbagi ilmu ekowisata bagi warga Desa Wonorejo, Kabupaten Situbondo.

Warga desa yang berada dekat dengan Taman Nasional Baluran sukarela ikut menjaga kawasan hutan. Apalagi, kehadiran turis memberikan keuntungan ekonomi, baik melalui penginapan, makan, maupun melayani wisatawan.

Warga menyiapkan rumah mereka sebagai tempat penginapan dengan tarif Rp 75.000 hingga Rp 500.000 per malam, sesuai fasilitasnya.

Sebagian rumah bahkan disewakan untuk jangka waktu lebih lama. Ekonomi desa pun menggeliat berkat kehadiran turis di Baluran.

Potensi luar biasa

Di mata dosen pariwisata Universitas Airlangga Surabaya itu, Kabupaten Situbondo memiliki potensi pariwisata yang tak terhingga jika dikelola dengan benar.

Dengan semangat berapi-api, dia mengisahkan upayanya menggandeng warga Desa Wonorejo dalam meningkatkan potensi ekowisata di Taman Nasional Baluran.

Melalui berbagai pelatihan, warga, baik pengojek, pemilik penginapan, maupun penduduk pada umumnya, mendapat pemahaman tentang konsep ekowisata.

”Warga perlu diberi pemahaman kalau flora dan fauna di Taman Nasional Baluran harus dijaga karena dari situ mereka bisa mendapatkan penghidupan,” kata ayah tiga anak itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com