Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cara Kemenpar Bidik Pasar Kaum Muda Malaysia

Kompas.com - 14/03/2017, 09:34 WIB

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Anak muda adalah pasar pariwisata masa depan. Gaya hidup mereka adalah digital dan interaktif. Pada acara Myballoon Fiesta yang diselenggarakan di desa Park City, Kuala Lumpur, Malaysia, 10-12 Maret 2017 anak-anak muda kumpul di sana.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana didampingi Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Rizki Handayani mengatakan, perhelatan yang lebih menyasar anak-anak muda di Malaysia ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat.

Kemenpar juga menebar balon udara ukuran raksasa mengembang di tanah lapang di desa Park City yang salah satunya bertuliskan Wonderful Indonesia.

"Untuk tahun 2016 wisatawan yang datang ke Indonesia sejumlah 12 juta orang. Dari jumlah tersebut 1,2 juta wisatawan berasal dari Malaysia. Untuk tahun ini kami menargetkan sebanyak 1,7 juta wisatawan dari Malaysia termasuk yang berusia muda untuk datang ke Indonesia, " kata Pitana yang didampingi Rizki dalam siaran pers Kemenpar, Senin (13/3/2017).

(BACA: Kembali, Wonderful Indonesia Juara di ITB Berlin)

Menurut Pitana, untuk tahun 2016 terjadi penurunan jumlah wisatawan dari Malaysia karena perekonomian di Malaysia yang tengah menurun juga adanya isu negatif dari pintu masuk di Kepulauan Riau.

ARSIP KEMENPAR Tarian Minang dari Sumatera Barat menyambut warga Malaysia yang datang ke Festival Myballoon Fiesta di Lapangan Desa Park City, Kuala Lumpur, Malaysia, 10-12 Maret 2017.
Namun yang pasti, penurunan tersebut disebabkan banyaknya wisatawan dari Malaysia yang memilih berkunjung ke Vietnam. Untuk itulah diperlukan inovasi baru dalam memperkenalkan Indonesia.

"Selama ini mereka hanya tahu wilayah Jakarta dan Bandung saja, padahal di Indonesia masih ada tempat-tempat wisata lainnya yang tidak kalah eksotis, seperti Bromo, Lombok, Raja Ampat, Labuan Bajo, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu kita perkenalkan di event ini," tutur Pitana.

Rizki menambahkan, ada yang menarik dari perjalanan memperkenalkan pariwisata Indonesia di Malaysia kali ini. Yaitu ketertarikan wisatawan asal Malaysia akan sejarah Walisongo di tanah Jawa.

Menurut Rizki, ketertarikan wisatawan asal Malaysia akan sejarah Wali Songo sebenarnya bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk lebih membuka keran wisatawan dari Malaysia ke Indonesia.

"Di acara ini banyak sekali yang menanyakan mengenai paket perjalanan Wali Songo. Karena salah satu penyebar Islam di tanah melayu ini adalah para Wali Songo, itu pun ada dalam sejarah mereka," katanya.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA Warga keturunan Tionghoa mengikuti tradisi peringatan kedatangan Kongco Sam Poo Tay Djien atau dikenal sebagai Cheng Ho di kawasan Pecinan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (6/8/2013). Diperkirakan pada abad XV, Laksamana Cheng Ho dengan armada baharinya mengarungi samudra untuk mengunjungi Asia dan Afrika.
Menurut Rizki, selain Malaysia, peran Wali Songo ternyata juga sampai ke Sri Lanka, di mana penyebar agama Islam di sana adalah Walisongo juga. Dari sinilah Kemenpar kemudian merasa tertarik untuk membuka paket perjalanan Wali Songo tersebut.

Hal yang sama juga bisa dilakukan dengan keberadaan peninggalan Laksamana Cheng Ho di tanah Jawa. Di kota Semarang terdapat petilasan Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam tersebut.

Dengan kondisi petilasan yang ada sekarang, lanjut Rizki, diharapkan mampu menarik wisatawan Malaysia lebih banyak lagi datang ke Indonesia.

"Keberadaan jejak Laksamana Cheng Ho di Indonesia diharapkan dapat menarik minat warga Malaysia keturunan China untuk datang ke Indonesia. Kita akan koordinasikan dengan industri untuk memfasilitasi paket-paket ini untuk Malaysia," ujarnya. (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com