Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Ragam Jenis Gudeg, Makanan Favorit Anies Baswedan

Kompas.com - 19/04/2017, 15:07 WIB
Alek Kurniawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Gudeg merupakan salah satu makanan legendaris yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Saking terkenalnya, mungkin semua orang tahu akan makanan ini.

Namun ternyata masih banyak yang belum mengetahui bahwa makanan favorit calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan ini terbagi menjadi 3 jenis yang berbeda. Dalam episode pertama Santai Sore yang diunggah ke Facebook Anies-Sandi, Anies bercerita bahwa gudeg adalah makanan kesukaannya sejak kecil dan menjadi menu sarapan sehari-harinya dulu.

“Awal mula gudeg berawal dari abad ke-16,” ujar Murdijati Gardjito, seorang profesor sekaligus peneliti di Pusat Kajian Makanan Tradisional (PMKT), Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM kepada KompasTravel, Senin (17/04/17). 

Gudeg pertama kali dibuat secara tidak sengaja oleh prajurit Keraton Yogyakarta yang sedang bertugas di Hutan Bering (sekarang Kotagede). Para prajurit mengkombinasikan bahan makanan yang ada di hutan menjadi gudeg seperti yang kita kenal sekarang ini.

Dari para prajurit Mataram, masakan gudeg kemudian dipraktikkan oleh keluarga para prajurit dan meluas ke masyarakat. Masakan ini disebut istimewa dan menjadi  karena bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Secara umum, gudeg dibagi menjadi dua jenis yakni basah dan kering. Gudeg basah merupakan hasil olahan gudeg yang hanya sampai perebusan, sehingga masih berair. Gudeg basah disajikan bersama kuah santan.

Sedangkan gudeg kering adalah gudeg basah yang melalui proses penumisan sehingga menjadi kering. Ada sejarah unik tentang terciptanya gudeg kering ini.

“Pada zaman dahulu, gudeg hanya ada satu, yaitu gudeg basah yang menggunakan kuah. Pada suatu masa, ketika prajurit Keraton Yogyakarta diperintahkan menuju Batavia hendak membawa bekal makanan untuk di perjalanan,” kisah Murdijati

KOMPAS.COM/FIRA ABDURACHMAN Gudeg kering Yu Djum, rasanya gurih dan tidak terlalu manis di lidah para turis.

Gudeg merupakan salah satu makanan yang menjadi menu bekal. Namun, lanjut Murdijati, kendala utama dari gudeg basah adalah tidak tahan lama. Kemudian para prajurit mengolah gudeg tersebut dengan menambahkan lebih banyak gula dan membuatnya lebih kering.

“Gula merupakan bahan pengawet alami dan karena gudeg kering mengandung lebih banyak gula, jadi sedikit lebih manis daripada gudeg basah,” tambahnya lagi.

Selain basah dan kering, gudeg juga bisa dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan bahan bakunya. Murdijati menuturkan, tiga jenis gudeg tersebut adalah gori (nangka), rebung, dan manggar.

"Uniknya, setiap jenis seperti punya tempat masing-masing. Gudeg nangka selalu bisa ditemukan di penjual atau gerai makanan. Gudeg rebung tidak bisa ditemukan di warung atau restoran, hanya dibuat di rumah-rumah," papar Murdijati. 

Gudeg manggar, lanjutnya, adalah yang paling istimewa. Manggar sendiri merupakan sebutan bagi bunga kelapa yang masih muda.

"Gudeg manggar berstatus lebih tinggi, sangat elit. Gudeg jenis ini hanya disajikan dalam acara khusus,  terutama pesta. Gudeg ini juga biasa disajikan di pernikahan keluarga Kesultan," tutur Murdijati.

Murjadi mengungkapkan, harga dari gudeg manggar juga bisa lebih mahal dari gudeg lainnya, karean bahan baku yang digunakan sedikit jarang ditemukan. Hal paling istimewa dari gudeg manggar adalah sensasi di mulut saat mengunyah.

“Rasanya sedikit mletak-mletak di mulut. Rasa ini dihasilkan oleh rasa bunga kelapa yang masih muda,“ tuturnya.

Meski begitu, wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta juga bisa mencicipi gudeg manggar. Salah satu penjual Gudeg Manggar adalah Warung Bu Jumilan yang berlokasi di Jalan Srandakan Km 8, Kabupaten Bantul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com