Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TKI, Duta Baru Budaya

Kompas.com - 20/04/2017, 17:04 WIB

SEJUMLAH tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia mendandani dirinya dengan pakaian dan riasan lengkap menyerupai buto (raksasa dalam budaya Jawa).

Mereka hendak menampilkan tarian Jaranan Buto khas Banyuwangi saat Promosi Wisata Indonesia pada My Balloon Fiesta di Desa Park City, Kuala Lumpur, Malaysia.

Di negeri jiran, mereka tak hanya menjadi pahlawan devisa, tetapi juga menjadi duta bangsa untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia.

Udara panas di Malaysia membuat tenda berukuran 4 meter x 4 meter terasa pengap. Keringat Irzal Maryanto (35) tampak mengucur deras saat memasangkan kostum seorang penari. Sesekali ia mengusap keringat di dahinya sambil berseloroh ”Sumuk’e rek. Hing tahan isun! (Panasnya. Saya tidak kuat)”

Logat Osing (suku Banyuwangi) Irzal sangat kental kendati pria asal Kalipuro, Banyuwangi, tersebut sudah 12 tahun tinggal di Malaysia. Di negeri jiran, ia bekerja sebagai sales pemasaran perusahaan kargo.

Lebih dari 1 dekade bekerja di Malaysia tidak membuatnya kehilangan rasa cinta pada budaya Osing. Ia justru rindu mendengarkan dan menyaksikan kebudayaan tradisional saat berada di tanah rantau.

(BACA: Ini Cara Kemenpar Bidik Pasar Kaum Muda Malaysia)

Karena kerinduan itu, ia mengajak sejumlah TKI asal Banyuwangi melestarikan kebudayaan Osing di Malaysia. Hingga akhirnya pada tahun 2012, lahirlah Sanggar Budaya Tirta Wangi.

”Sanggar ini semula hanya mengakomodasi teman-teman dari Banyuwangi berkesenian. Namun, lama-kelamaan kami juga mengakomodasi teman-teman TKI dari daerah lain di Indonesia untuk turut berkesenian,” kata Irzal saat ditemui di Malaysia, Sabtu (10/3/2017).

Sanggar Tirta Wangi memiliki 60 anggota. Semuanya merupakan TKI yang tersebar di Selangor, Pulau Pinang, Johor, dan Kuala Lumpur. Anggotanya berasal dari sejumlah daerah di Indonesia.

(BACA: Thai Airways dan Malaysia Tertarik Garap Pariwisata Indonesia)

Irzal menuturkan, semua anggota Tirta Wangi merupakan tenaga kasar. Anggota perempuan sebagian besar buruh pabrik, sedangkan anggota pria mayoritas tukang bangunan.

Buruh pabrik dan tukang bangunan banyak bergabung dengan Tirta Wangi karena jam kerja mereka jelas setiap hari. Seusai bekerja, mereka biasanya memiliki waktu untuk berlatih. Sementara TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga cenderung sulit bergabung karena bekerja seharian.

Salah satu anggota Tirta Wangi adalah Nadela Christin (21), buruh pabrik yang bekerja sebagai operator mesin. Perempuan asal Sawahlunto, Sumatera Barat, tersebut sudah tiga tahun bekerja di Malaysia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com