Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkap, Ini Pelopor Penjual Soto Lamongan di Jakarta

Kompas.com - 07/06/2017, 16:12 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Soto Lamongan, yang kini tersebar di berbagai kota di Indonesia, eksistensinya sudah bisa disejajarkan dengan Warung Tegal ataupun Warung Padang.

Siapa sangka, banyak cerita di balik penyebaran kuliner kebanggaan masyarakat Lamongan, Jawa Timur itu. Salah satu kota yang pertama kali didatangi ialah Jakarta, sebelum menyebar ke pelosok Nusantara.

“Bermula tahun 1952, orang yang bernama Askari dari desa Siman, Lamongan mulai merantau ke Jakarta, lalu jualan soto ayam dari desanya” ujar Soen’an Hadi Purnomo, Ketua Putra Asli Lamongan (Pualam) pada KompasTravel saat ditemui di Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (6/6/2017).

Ia mengatakan di awal masanya, terdapat dua kali gelombang rantau masyarakat Lamongan yang berjualan soto, yaitu di tahun 1952 rombongan Askari dan 1960-an rombongan Haji Abbas. Kedua rombongan tersebut berasal dari Desa Siman, Lamongan, Jawa Timur.

(BACA: Buka Malam Hari, Ini Soto Lamongan Pertama di Bogor)

Dahulu di awal periode tersebut alasan warga merantau ialah Lamongan masih merupakan kota kecil yang saat musim kemarau kering hingga retak, sedangkan musim hujan pasti banjir. Sehingga dahulu para pemuda seperti tak punya pilihan selain merantau, salah satunya untuk berjualan soto.

“Dalam peribahasa kita disebutnya ‘yen ketigo ora biso ndodok, yen rendeng ora biso cewok’, maksudnya kalau kemarau itu kering sekali sampai tanah retak-retak, begitu musim penghujan malah banjir. Jadi ya pada merantau semua, tapi ternyata pada sukses, dan pulang ke kampung memperbaiki rumahnya, akhirnya pada ikutan semua,” ujarnya.

(BACA: Kisah Si Pembuat Spanduk Soto Lamongan...)

KompasTravel berhasil menemui salah satu pelopor soto lamongan yang mulai berjualan di Jakarta sejak tahun 1963. Ialah Jali Suprapto (74), pria asal Desa Siman, Lamongan tersebut malam itu berada di kedai masakan Lamongan miliknya, di Menteng, Jakarta, Senin (5/6/2017).

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Arief, sedang menuang kuah Soto Lamongan racikannya di warung tenda Soto Lamongan Goyang Lidah, Kamis (1/5/2017). Soto Lamongannya ini buka setiap hari mulai pukul 17.00-23.00 di Jalan Jendral Sudirman, Bogor.
Ia kini tinggal sendiri memetik hasil jerih payahnya puluhan tahun lalu. Sedangkan teman-teman seperjuangannya pada tahun 1960-an sudah tiada.

Saat ini di Jakarta sendiri para pelopor soto lamongan gelombang pertama sudah sulit diketahui, Soen’an menduga sudah berkembang dan kini tinggal anak cucunya yang mengelola.

Saat ini Jali masih aktif mengecek kedai kuliner Lamongan yang diteruskan oleh anak laki-laki bersama istrinya di Menteng, Jakarta Pusat. Kedai soto lamongan yang ia rintis kini lebih terkenal dengan sate sabang dan Soto Lamongan Jaya Agung, kedainya memang berlokasi di perempatan Jalan Sabang.

“Ya dulu saya sama kawan berlima datang ke sini, awalnya kerja ikut teman karena gak dikasih modal sama orang tua, belum percaya kalau bisa sukses. Beda sama sekarang bisa sampai jual sawah buat modal,” ujarnya sambil mengenang masa perjuangannya dulu.

Ia mencoba berjualan soto lamongan dan soto madura sejak tahun 1963. Saat itu harga satu porsi soto sebesar Rp 15. Pikulan masih menjadi alat terbaiknya untuk menjajakan soto tersebut di sekitar Jakarta Pusat. Maklum saat itu usianya masih 20 tahun, kuat memikul panci soto yang penuh air.

“Dulu di Jakarta para penjual soto lamongan gak berani pake nama Lamongan, tulisannya soto madura dari Surabaya, atau soto jawa timur. Akhirnya didorong sama komunitas dan teman-teman rantaunya untuk berani pakai nama Lamongan,” ujar Soen’ an di tempat berbeda.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com