BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Belasan kandang kecil di sebuah lorong panjang di area penangkaran buaya di Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan, Kalimantan Timur, menjadi salah satu bagian paling menarik.
Pengunjung penangkaran bisa melihat buaya ukuran 1-2 meter dari jarak kurang dari 2 meter saja.
Tiap kandang berisi puluhan buaya di dalamnya. Memotret dari dekat, sambil sedikit menjulurkan kamera ke dalam kandang, memuaskan minat mendapat sudut foto terbaik pemandangan buaya yang tengah pasif.
"Lebih baik tidak terlalu dekat. Buaya bahkan bisa berdiri (di dinding) dengan ekornya. Kita melihatnya dari jarak aman saja," kata Imam Rohim, karyawan bagian Pemeliharaan Satwa Penangkaran Teritip, Selasa (27/6/2017).
(BACA: Tantangan Berenang Bersama Buaya, Berani Coba?)
Penangkaran buaya Teritip satu-satunya di Balikpapan. Tempat ini memiliki 1.500 buaya dengan 60 persen adalah betina.
CV Surya Raya, pengelola penangkaran, menatanya dalam blok-blok kandang berdasar umur indukan atau anak. Setiap blok dikelilingi pagar dinding bata tanpa atap.
(BACA: Aneka Wisata Religi dan Kuliner di Kaltim Saat Ramadhan)
Tinggi dinding antar 1,5 - 2 meter, sehingga memudahkan pengunjung melongok ke dalam, meski tiap blok kandang punya lubang intai untuk pengawasan.
Juga ada kandang alami untuk 60 buaya yang dipelihara secara liar di alam terbuka. Mereka tumbuh liar.
Hampir semuanya adalah buaya muara, jenis buaya terbesar di dunia. Dinamai demikian karena habitat hidupnya di sungai-sungai dan di dekat laut (muara). "Meski ada yang lain berupa belasan buaya supit dan beberapa buaya air tawar dengan ukuran raksasa," kata Imam.
Penangkaran ini sejatinya berdiri untuk memenuhi permintaan kulit buaya dan bagian-bagiannya yang permintaannya datang dari dalam dan luar negeri. Karena itu, tempat ini digunakan selain untuk menangkar juga mengembangbiakkan buaya. Penangkaran buaya Teritip berawal dari hobi si pemilik.
Sebagai penyuka atau hobi reptil, ia mendatangkan 120-an buaya anakan usia 2 tahun dari penangkaran buaya di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, pada tahun 1990. "Inilah cikal bakal induk buaya Teritip," kata Imam.
Pemilik kemudian ingin menutup hobinya sekitar 3 tahun kemudian. Namun, warga sekitar justru menginginkan agar penangkaran tetap ada, karena mereka merasa terhibur. Warga mengusulkan penangkaran bisa juga jadi tempat wisata. Usul pun diterima.
Jadilah Penangkaran Buaya Teritip sebagai bagian dari salah satu obyek wisata Kota Balikpapan. Penangkaran terus tumbuh dan dikelola lumayan baik dan rapi. Cukup aman meski terkesan bukan kebun binatang profesional.
Dalam perjalanannya, penangkaran terus berkembang. Buaya diambil kulitnya untuk diekspor. Rata-rata 300-400 ekor kulit buaya diekspor hingga Eropa.
Selebihnya, dijual baik berupa daging buaya yang sudah masak, minuman berenergi dari alat vital buaya, pernak pernik, hingga kerajinan kulit buaya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.