Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk, Ajak Anak Menjelajahi Kerajaan Batu di Purwakarta

Kompas.com - 19/07/2017, 15:26 WIB


PURWAKARTA, KOMPAS.com - Berakhir pekan dengan bermain dan belajar bersama anak-anak, kini tambah seru jika mencoba petualangan alam tak jauh dari Ibu Kota Jakarta. Hanya 3 jam mengendarai mobil, kita sudah sampai di “kerajaan batu”, kaki Gunung Parang, Kampung Cisaga, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta.

Banyak orang mengenal Gunung Parang hanya sebatas lokasi olahraga petualangan ekstrem seperti panjat tebing dan trekking, namun ada destinasi tersembunyi yang terlewatkan begitu saja, yaitu “kerajaan batu” berupa hamparan batu andesit di tengah persawahan berundak.

Kompas.com mencoba petualangan baru ini, dan ternyata sangat layak untuk dijadikan destinasi petualangan alam untuk segala usia. Anak-anak dijamin akan kegirangan berjalan di pematang sawah, menyeberangi sungai kecil, bermain lumpur dan lelompatan di batu.

Anak-anak bermain lumpur dan menaiki batuan andesit di tengah persawahan kaki Gunung Parang, di Kampung Cisaga, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Minggu (2/7/2017). KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT Anak-anak bermain lumpur dan menaiki batuan andesit di tengah persawahan kaki Gunung Parang, di Kampung Cisaga, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Minggu (2/7/2017).
Titik awal petualangan dimulai dari rumah panggung kayu yang diberi nama Bale Badega Gunung Parang yang dibangun di tengah sawah sebagai pusat informasi sekaligus tempat menginap. Dari bale ini kita berjalan kaki menyusuri pematang sawah, sesekali melompat menuruni pematang yang agak tinggi.

Saat memasuki musim tanam padi atau pasca-panen, kita akan melintasi sawah berlumpur dan sungai kecil. Jangan takut kotor, justru akan menjadi kesenangan dan tantangan tersendiri hingga kita sampai di tengah-tengah “kerajaan batu”.

Kalau boleh membandingkan, pemandangan tempat ini tak kalah dengan Ubud di Bali. Yang membedakan hanya popularitasnya saja. Kalau Ubud sudah dikenal dunia, sedangkan di kaki Gunung Parang ini masih banyak yang belum tahu.

Trekking di kerajaan batu kawasan persawahan kaki Gunung Parang, di Kampung Cisaga, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Minggu (2/7/2017). KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT Trekking di kerajaan batu kawasan persawahan kaki Gunung Parang, di Kampung Cisaga, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Minggu (2/7/2017).
“Kami terus menggali potensi lainnya, trekking di persawahan menuju hamparan batu, sedang kami mulai dan integrasikan dengan petualangan lainnya,” kata Danni Daelami, penggerak wisata Badega Gunung Parang.

Saat ini, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bersama warga desa tengah membangun hotel gantung (skylodge) di tebing Gunung Parang. Hotel gantung ini yang kedua di dunia. Kalau yang pertama ada di Peru sedangkan yang kedua ya di Purwakarta. Skylodge akan diresmikan pada Oktober 2017.

Menaiki batuan andesit di tengah persawahan kaki Gunung Parang, di Kampung Cisaga, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Minggu (2/7/2017). KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT Menaiki batuan andesit di tengah persawahan kaki Gunung Parang, di Kampung Cisaga, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Minggu (2/7/2017).

Sumbat lava

Peneliti dari Badan Geologi, Sutikno Bronto, dalam bukunya Geologi Gunung Api Purba (2010), menuliskan bahwa Gunung Parang merupakan sumbat lava jenis andesit yang terbentuk 2 juta tahun lalu sebagai bagian dari kaldera Gunung Api Purba Jatiluhur.

Waduk Jatiluhur yang ada sekarang ini adalah kaldera gunung api purba. Bisa dibayangkan seberapa besar gunung sebenarnya sebelum meletus. Gunung Parang hanya bagian kecil lava yang mendingin setelah keluar dari ruang magma.

Nah, sedangkan batu-batu yang terhampar di kaki gunung parang adalah bagian dari sumbat lava tersebut. Kala erupsi lampau bisa sebagai bom lava yang terlontar atau pecahan dari sumbat lava karena proses berjalanya waktu.

Batu-batu andesit di kaki Gunung Parang ini jumlahnya puluhan dan di sekitarnya dimanfaatkan warga sebagai lahan persawahan tadah hujan. Ukuran batu beragam, dari seukuran mobil hingga rumah besar.

Nah, batu-batu inilah yang menjadi daya tarik yang tidak dimiliki daerah lain. Kita bisa menaiki batu yang tidak terlalu vertikal, duduk-duduk di atas batu sambil menyesap pemandangan sawah dengan latar belakang Waduk Jatiluhur dan Gunung Parang. Mengagumkan…

Bersama anak-anak trekking melintasi pematang sawah menuju kerajaan batu di tengah persawahan kaki Gunung Parang, di Kampung Cisaga, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Minggu (2/7/2017). KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT Bersama anak-anak trekking melintasi pematang sawah menuju kerajaan batu di tengah persawahan kaki Gunung Parang, di Kampung Cisaga, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Minggu (2/7/2017).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com