JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Pemandu Pendakian Gunung Agung, Komang Kayun mengatakan Gunung Agung jarang didaki oleh wisatawan baik dalam maupun luar negeri.
Salah satu alasan sedikitnya wisatawan yang mendaki Gunung Agung karena sedikitnya waktu untuk mendaki.
"Kalau setahun itu kurang lebih 800 orang. Bulan Agustus saja sudah turun. Agustus tahun lalu yang membeludak. Sekarang distop. Satu tahun lalu kurang 800-1.000 pendaki selama tahun 2016. Itu sudah termasuk lokal," kata Komang Kayun saat dihubungi KompasTravel, Senin (25/9/2017).
(BACA: Ini Wisata Karangasem yang Berpotensi Terkena Letusan Gunung Agung)
Ia menyebut per malam itu sekitar 20 orang yang mendaki Gunung Agung. "Terkadang tak ada wisatawan yang mendaki," imbuhnya.
"Dari bulan November hingga Desember itu sedikit wisatawan yang mendaki. Bulan Januari-Februari itu musim hujan sudah. Bulan Maret sampai April itu kami tutup pendakian Gunung Agung," katanya.
(BACA: Status Awas Gunung Agung, Industri Pariwisata Bali Tak Terganggu)
Menurutnya, penutupan pendakian Gunung Agung bulan Maret hingga April itu lantaran ada upacara keagamaan di Pura Besakih.
Salah satu contohnya adalah ketika tahun ada acara rangkaian Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali.
Gunung Agung dipandang sebagai gunung paling sakral di Pulau Dewata bagi umat Hindu Bali. Puncaknya merupakan titik tertinggi Pulau Bali, yaitu 3.142 mdpl.
Gunung tipe stratovolcano ini menjadi salah satu destinasi mendaki gunung, selain juga Gunung Batur. Masyarakat Hindu Bali percaya, Agung adalah gunung tempat bersemayamnya dewa-dewa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.