Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Warga Kesurupan Saat Tradisi Bersih Desa di Banyuwangi

Kompas.com - 27/09/2017, 10:03 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Ilham (27) terlihat mengepalkan kedua tangan dan meletakkannya tepat di depan dada. Matanya membelalak dari mulutnya yang dipenuhi umput, lelaki muda tersebut mengeluarkan suara erangan parau.

Bajunya berlumuran lumpur yang masih basah. Ilham bersama puluhan orang berjoget berkeliling Desa Aliyan, Banyuwangi, mengikuti suara tetabuhan yang dibunyikan.

Saat melewati kubangan buatan di pertigaan desa, Ilham dan puluhan orang yang bertingkah seperti kerbau langsung berlari dan berkubang di dalam lumpur. Beberapa orang terlihat ikut menemani dengan membawa ember berisi air bersih untuk menyiram kepala kerabatnya dan membersihkan bagian mata, hidung dan telinga dari lumpur.

Puluhan orang tersebut kesurupan dan menjadi bagian dari ritual Keboan di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, yang digelar Minggu (24/9/2017). Acara yang digelar setiap bulan Suro tersebut sebagai bagian dari bersih desa agar terhindar dari marabahaya.

BACA: Perayaan 1 Suro di Banyuwangi...

Budianto, Ketua Panitia Keboan Aliyan kepada Kompas.com menuturkan pada abad ke 18, Ki Buyut Wongsokenongo membuka pedukuhan dengan nama Karangmukti yang terkenal subur dan makmur. Pada suatu saat dukuh tersebut mengalami pagebluk dan hasil pertanian diserang hama wereng dan penyakit tikus.

Ki Buyut Wongsokenongo kemudian mendapatkan petunjuk agar pagebluk tersebut berlalu. Ia harus mengutus kedua anaknya Raden Pekik dan Raden Pringgo untuk bertapa. Setelah berbulan-bulan bertapa, Raden Pekik kembali lebih dulu ke pedukuhan kemudian disusul oleh Raden Pringgo.

Namun mereka berdua bertingkah seperti kerbau, bergulingan dan berkubang lumpur di lahan pertanian dalam keadaan kesurupan. Namun masyarakat tidak ada yang mengenal kedua orang tersebu. Hingga ada sesepuh desa yang mengatakan untuk menyadarkan kedua orang yang betingkah seperti kerbau itu, masyarakat harus membuat Lawang Lori, atau pintu bambu disetiap jalan masuk desa.

Di Lawang Lori juga harus digantungkan hasil hasil panen seperti padi, jagung, umbi-umbian dan daun kemuning.

"Setelah membuat Lawang Lori, Raden Pekik dan Raden Pringgo sadar. Selain itu sedikit demi sedikit pegebluk di dukuh tersebut hilang dan dukuh itu yang dikenal dengan Desa Aliyan yang sekarang," tambahnya.

BACA: Berita Foto: Hutan Lord of The Rings di Banyuwangi

 

Buyut Pekik menjadi leluhur masyarakat Dusun Aliyan, sementara Buyut Pringgo menjadi leluhur Dusun Sukodono. Masing-masing keturunan itu yang meneruskan tradisi keboan hingga saat ini.

Uniknya, keboan dari kedua dusun tersebut tidak bisa ditemukan di satu lokasi. Jika hal tersebut terjadi maka akan terjadi pertengkaran. Masing-masing kelompok secara bergantian masuk kedalam balai desa untuk mendapatkan restu dari pawang dengan memberikan beras kuning dan minyak wangi kepada masing-masing orang yang kesurupan.

Budianto mengatakan dari dari satu dusun ada sekitar 30 warga yang kesurupan, dan mereka adalah keturunan langsung dari Buyut wongsokenongo. Bahkan ada yang rela pulang kampung ke Desa Aliyan untuk menjadi kerbau. Mereka ada yang tinggal di Bali, Kalimantan, Sumatra, Lombok, juga Makasar.

"Ini adalah panggilan leluhur. Jika tidak pulang katanya mereka tidak tenang," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com