Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi Pedalaman Kalimantan di Dusun Wisata Meliau

Kompas.com - 31/10/2017, 07:15 WIB
Kontributor Travel, Fira Abdurachman

Penulis

KAPUAS HULU, KOMPAS.com - Tamin, salah seorang tokoh masyarakat Suku Dayak Iban menceritakan saat Dusun Meliau mulai membuka diri untuk dikunjungi turis pada tahun 2009. Suasana lingkungan dusunnya tak seterbuka seperti saat ini.

Misalnya saja tahun tersebut masih sulit listrik, toilet masih tradisional pinggir sungai, termasuk air masih tergantung aliran Sungai Lewoyan.

Selama 2 tahun Tamin berusaha mengkomunikasikan pentingnya menjalin keterbukaan dengan dunia luar.

(Baca juga : Segelas Tuak Sambut Peserta Bersepeda di Jantung Borneo)

Tamin tidak sendirian, dia dibantu oleh WWF, World Wild Fund, sebuah lembaga non profit penggiat penyelamatan lingkungan dan keragaman hayati untuk terus membangun Dusun Meliau. Perlahan desa ini membangun toilet yang standar kesehatan. Aliran air gunung juga sudah sampai di dusun ini.

Suasana di dalam Rumah Betang, rumah adat masyarakat Dayak Iban di Dusun Meliau, Kalimantan Barat.KOMPAS.COM/KRISTIAN ERDIANTO Suasana di dalam Rumah Betang, rumah adat masyarakat Dayak Iban di Dusun Meliau, Kalimantan Barat.
Mulai tahun ini, Desa Meliau mulai banyak didatangi para turis dan disebut sebagai Dusun Wisata Meliau. Kebanyakan turis adalah asal Eropa, Jepang, dan Amerika yang tertarik dengan petualangan alam liar. Tak sedikit juga peneliti yang datang.

(Baca juga : Bersepeda di Jantung Borneo, Tanjakan Panjang Sungguh Menantang)

Perlahan nama Dusun Wisata Meliau juga terdengar di negara tetangga Malaysia yang lebih mudah untuk berkunjung.

“Yang sulit itu mengubah beberapa kebiasaan masyarakat sini. Kalau banyak tamu kan kami jadi sibuk dan tak sempat lah meladang atau memancing untuk makan," ucap Tamin. Padahal hasil meladang dan memancing penting untuk kebutuhan sendiri setiap keluarga.

(Baca juga : Bapalas Benua Bekasik, Upacara Adat Suku Dayak Usai Panen)

Dusun Wisata Meliau juga didukung oleh Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum atau BBTN BKDS. “Kami mendukung selama pemanfaatannya baik dan tidak merusak lingkungan. Pasti kami dukung," kata Alexander Melat Aryasa, petugas Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Tingkat Pertama dari Balai.

Dusun Wisata Meliau letaknya berada di dalam Taman Nasional Betung Karihun dan Danau Sentarum, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Setiap turis yang masuk haruslah meminta izin dari kantor Balai demi alasan keselamatan dan keamanan. 

Orangutan (Pongo Pygmaeus pygmaeus) betina yang menggendong anaknya di kebun yang berada di belakang rumah panjang (betang) Meliau, Desa Melemba, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.SODIK Orangutan (Pongo Pygmaeus pygmaeus) betina yang menggendong anaknya di kebun yang berada di belakang rumah panjang (betang) Meliau, Desa Melemba, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Selain menikmati pemandangan yang hijau dan segar, beberapa kegiatan yang menarik para turis adalah menjelajah hutan di bukit Peninjau dan memancing di sungai Lewoyan.

Di hutan wisatawan bisa menikmati keragaman hayati Kalimantan. Kalau beruntung bisa bertemu berbagai hewan langka seperti monyet ekor panjang, burung elang, dan orangutan. Tentu saja kalau beruntung.

Satu lagi favorit turis adalah memancing. Bukan sembarang mancing. Yang dipancing adalah ikan Arwana. “Sekali mancing bisalah dapat 8 ikan," cerita Tamin.

Tetapi, pesan Tamin, “Jangan pernah menyakiti, membunuh, dan mengambil hewan-hewannya. Habis dipancing dilepas. Kalau ketemu ya dilihat saja," tegas Tamin.

Rumah Betang Meliau yang dihuni komunitas suku Dayak Iban yang berada dipinggir Sungai Leboyan, Desa Melemba, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.KOMPAS.com/Yohanes Kurnia Irawan Rumah Betang Meliau yang dihuni komunitas suku Dayak Iban yang berada dipinggir Sungai Leboyan, Desa Melemba, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Bermalam di rumah tradisional Dayak Iban yaitu Rumah Panjang atau Panjai. Rumah yang bentuknya memanjang di pinggir sungai. Rumah Panjang ini isinya 11 pintu rumah kepala keluarga. Tiap kepala keluarga menyediakan setidaknya 1 kamar untuk para turis. Jangan khawatir, toiletnya sudah dibangun modern dengan air gunung yang segar untuk berbilas para turis.

Para turis bebas berinteraksi dengan para penduduk lokal. Bila mau bisa juga ikut berladang atau memancing bersama mereka. Pemilik rumah juga menyediakan makanan dan minuman sesuai pesanan turis. Turis diajak merasakan kehidupan sehari-hari masyarakat adat setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com