Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Bentuk Rumah Tradisional Masyarakat Nomaden di Dubai

Kompas.com - 06/11/2017, 22:40 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

DUBAI, KOMPAS.com - "Ini rumah di tengah padang pasir. (Orang) Bedouin selalu berpindah. Karena mereka nomaden," kata pemandu wisata program Dubai Familiarization Trip, Mohammed Rahamtullah saat menemani rombongan wartawan berkeliling rumah tradisional "Al Khaimah and Al Arish". Saya tercengang, begitu melihat langsung rumah tradisional tersebut.

Warna coklat terasa sangat mendominasi rumah. Rumah tradisional di Semenanjung Arab biasa terbuat dari daun pohon palem.

Rumah ini adalah rumah primitif yang biasanya digunakan orang Bedouin yang tinggal di Semenanjung Arab. Orang Bedouin sendiri adalah orang Arab yang tinggal nomaden berpindah-pindah di area gurun pasir.

Begitu saya mulai menjelajah Al Khaimah and Al Arish, di bagian teras, ada tiga bangku panjang. Pintu masuk di bagian tengah. Jendela rumah hanya berbentuk celah-celah .

Kamar tidur rumah tradisional masyarakat Semanjung Arab yang menjadi koleksi Dubai Museum di Dubai, Uni Emirat Arab. KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Kamar tidur rumah tradisional masyarakat Semanjung Arab yang menjadi koleksi Dubai Museum di Dubai, Uni Emirat Arab.
Mohammed menunjukkan cerobong yang ada di salah satu ruang. Ia menyebutkan ventilasi yang berbentuk cerobong itu terbuat dari kayu. Cerobong itu memiliki atap yang melindungi air hujan masuk.

"Bayangkan cuaca gurun yang panas. 50 derajat, kita ada punya udara. Di sisi lain, kayu menangkap dan menyerap 90 persen udara yang lembab dan membuat udara lebih dingin. Ini ventilasi tertua di dunia," kata Mohammed.

Di bagian dalam ada kamar tidur masyarakat Uni Emirat Arab. Ada semacam bangku yang digunakan untuk duduk dengan cara lesehan. Di sudut-sudut kamar, terdapat peralatan-peralatan penyimpanan barang-barang.

Dapur rumah tradisional masyarakat Semanjung Arab yang menjadi koleksi Dubai Museum di Dubai, Uni Emirat Arab. KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Dapur rumah tradisional masyarakat Semanjung Arab yang menjadi koleksi Dubai Museum di Dubai, Uni Emirat Arab.

Pada interior rumah dilapisi tikar dengan motif. Adapula anyaman-anyaman yang dipajang di dinding rumah. Bangku dan karpet juga digelar di lantai untuk duduk.

"Kalau kalian datang ke rumah ibu saya, kalian akan duduk di lantai. Ini adalah budaya tertua kami untuk duduk di lantai. Ini sangat nyaman dan sehat meskipun sudah generasi tua," ujarnya.

Masih di ruang yang sama, ada semacam ruang toilet. Namun, menurut Mohammed, itu bukanlah toilet.

Wisatawan berada di dalam kamar rumah tradisional masyarakat Semenanjung Arab di Dubai Museum, Uni Emirat Arab.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Wisatawan berada di dalam kamar rumah tradisional masyarakat Semenanjung Arab di Dubai Museum, Uni Emirat Arab.
"Semua urusan buang air itu dilakukan di gurun pasir. Ini adalah tempat menyimpan air," katanya.

Setelah berkeliling, saya merasa semakin penasaran bagaimana masyarakat yang tinggal di Semenanjung Arab. Tak terbayangkan, mereka hidup nomaden di tengah gurun. Sayang, waktu saya terbatas untuk lebih merasakan.

Dubai Museum sendiri berada di area Benteng Al Fahidi yang berdiri sejak tahun 1.800. Wisatawan bisa masuk dengan membayar tiga dirham Uni Emirate Arab untuk bisa melihat rumah tradisional juga benda-benda lainnya.

Rumah tradisional masyarakat Uni Emirates Arab terasa kontras. Ya, bila dibandingkan dengan bangunan tertinggi di dunia, Burj Khalifa. Rumah tradisional hanya berbahan daun palem, sementara Burj Khalifa dari konstruksi baja serta kaca yang mengkilap.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com