Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/11/2017, 06:02 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Lukisan-lukisan keramik itu tertata rapi di dinding Hall Lodji Coffe Shop and Resto, Hotel Pelangi, Kota Malang, Jawa Timur.

Lukisan itu merupakan peninggalan zaman penjajahan Hindia Belanda yang didatangkan langsung dari Belanda pada 1915, saat hotel itu berpindah kepemilikan dan mengalami renovasi total.

Ada 22 lukisan keramik yang terdapat di dinding restoran itu. Setiap lukisan menggambarkan kondisi Belanda pada saat itu. Mulai dari kondisi di perkotaan hingga pedesaan.

"Terdiri dari 22 lukisan. Semua mencerminkan tempat-tempat favorit di Belanda," kata Marketing dan Sales Manager Hotel Pelangi Kota Malang, M Iskandar Sjachran, Selasa (7/11/2017).

Baca juga : Ke Malang Tempo Doeloe, Pengunjung Wajib Kenakan Pakaian Tradisional

Selain lukisan keramik, hampir semua barang di ruangan tersebut merupakan peninggalan Hindia Belanda. Di ujung selatan terdapat balkon, tempat petinggi Belanda saat melihat pesta dansa. Sebab, saat masa penjajahan Hindia Belanda, ruangan itu merupakan tempat berdansa.

Atap ruangan juga masih mempertahankan kekhasannya, berwarna agak kekuningan dan terbuat dari tembaga. Hanya saja, pengelola hotel sudah menambah lampu gantung sebagai penghias ruangan.

Sejumlah lukisan keramik bekas masa penjajahan Hindia Belanda di Hall Lodji Coffe Shop and Resto Hotel Pelangi Kota Malang, Selasa (7/11/2017)KOMPAS.com / Andi Hartik Sejumlah lukisan keramik bekas masa penjajahan Hindia Belanda di Hall Lodji Coffe Shop and Resto Hotel Pelangi Kota Malang, Selasa (7/11/2017)

Dinding bagian atas juga masih belum berubah. Terdapat sejumlah jendela pemantul cahaya yang membuat ruangan itu lebih bersahaja.

"Kita pelihara semua peninggalan Belanda ini dengan standar perawatan yang diterapkan oleh hotel," jelasnya.

Sejumlah benda di ruangan sudah ditetapkan sebagai cagar budaya tipe A yang ditetapkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur.

Hotel Terbesar

Hotel Pelangi dibangun pertama kali pada 1870 oleh Abraham Lapidoth, seorang pengusaha hotel berkebangsaan Belanda. Ketika itu, hotel yang ada di Jalan Merdeka nomor 3 Kota Malang itu bernama Hotel Lapidoth, representasi dari pemiliknya.

Pada waktu itu, bangunan hotel berbentuk joglo dan terdiri dari 50 kamar.

"Pertama bernama Hotel Lapidoth. Masih berbentuk joglo. Waktu itu masih 50 kamar," kata Iskandar.

Kemudian pada tahun 1890, kepemilikan hotel diambil alih. Adalah Jansen, salah seorang bangsawan Belanda yang mengambil alih kepemilikan hotel tersebut.

Pada tahun 1910, Jensen meninggal dunia. Kepemilikan hotel itu lalu berpindah kepada seorang residen waktu itu yang menginginkan ada hotel yang besar dan megah di Malang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com