Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Durian Campur Kopi, seperti Apa Rasanya?

Kompas.com - 15/11/2017, 17:04 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Bagi pecinta durian, bulan November hingga awal tahun 2018 nanti merupakan waktu yang pas untuk mengunjungi Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Sebab, dalam beberapa bulan ke depan akan mudah menemukan varian durian lokal di sekitar kecamatan Patuk, atau pintu masuk dari sisi Barat.

Jika wisatawan ingin berkunjung ke destinasi wisata dari kota Yogyakarta menuju ke Gunungkidul, akan mudah menemukan penjual durian di pinggir jalan sekitar jalan Yogyakarta- Wonosari.

(Baca juga : Kencono Rukmi, Durian Asli Yogyakarta yang Rendah Kolesterol)

Penjual jenis lokal seperti warga sekitar menyebutkan Kencono Rukmi, durian Susu, petruk, Musang king, si Tokong dan beberapa jenis lokal lainnya. Harga pun bervariasi mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 75.000, tergantung jenis dan ukuran.

Sebenarnya tidak hanya berada di pinggir jalan utama, memasuki jalan desa pun akan mudah menemui para petani menjadi penjual durian dadakan.

(Baca juga : Beli Durian Di Amrondzi, Bisa Dikembalikan Bila Tidak Enak)

Salah satunya petani di dusun Sumber Tetes, Desa Patuk, Kecamatan Patuk, Andriana mengatakan, sejak beberapa minggu lalu durian di desanya sudah mulai matang.

Andriana memperlihatkan Durian Kencono Rukmi jenis Lokal asli GunungkidulKOMPAS.com/Markus Yuwono Andriana memperlihatkan Durian Kencono Rukmi jenis Lokal asli Gunungkidul
Dia memiliki lima pohon jenis lokal Si Petruk, Musang King, dan lainnya. Petruk tekstur buahnya manis bentuknya agak lonjong, Si Tokong buahnya agak membulat, dagingnya tebal dan memiliki tekstur sedikit keset kurang begitu manis. Durian susu memiliki tekstur daging agak basah dan manis.

"Kalau warga di sini buah yang jatuh pertama hanya dibuang, karena itu kurang baik untuk dikonsumsi," kata Andriana di rumahnya, Selasa (14/11/2017)

(Baca juga : Kopi Dicampur Jus Durian, Ini Baru Beda...)

Menurut dia, hampir rata-rata setiap rumah tangga di kecamatan Patuk memiliki pohon durian. Perpohonnya bisa berbuah hingga ratusan biji, dan biasanya dijual sendiri atau ada tengkulak buah yang membeli langsung ke petani.

"Kebun milik saya ada lima pohon, dan sudah berbuah ratusan buah. Saya menjamin buah di sini lebih manis dibandingkan wilayah lain. Kalau tidak manis gak usah bayar, dan akan diganti buah baru," ucapnya.

Andriana memiliki cara unik untuk menarik pengunjung untuk menyantap durian di warung sederhana terbuat dari terpal, yang dibangun tepat di depan rumahnya. Pengunjung akan disediakan kopi yang bisa dicampur dengan buah durian. "Sensasinya akan lain jika memasukkan buah durian ke dalam segelas kopi panas," ucapnya.

Durian lokal Gunungkidul yang dibeli langsung di petani.KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Durian lokal Gunungkidul yang dibeli langsung di petani.
Penjual lainnya dusun Kepil, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Sekar (60) mengatakan dirinya menjual hasil buah berasal dari kebun miliknya. "Saya memiliki 5 pohon, Alhamdulilah tahun ini berbuah semuanya, dua tahun terakhir gagal panen karena curah hujan tinggi," ucapnya.

Camat Patuk Haryo Ambar Suwardi mengatakan, panen petani tahun ini meningkat. Pihaknya berharap agar hasil panen tidak dijual ke tengkulak sistem ijon. Pihaknya terus mensosialisasikan kepada para petani agar menjual jika sudah matang.

"Para spekulan yang membeli dengan sistem ijon mulai berkeliaran untuk memborong durian sewaktu masih muda, mulai banyak yang datang," katanya.

********************

Mau paket wisata gratis ke Thailand bersama 1 (satu) orang teman? Ikuti kuis kerja sama Omega Hotel Management dan Kompas.com dalam CORDELA VACATION pada link INI. Hadiah sudah termasuk tiket pesawat (PP), penginapan, dan paket tur di Bangkok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com