Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/12/2017, 06:20 WIB
Masriadi

Penulis

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - Matahari tepat di atas kepala, Kamis (14/12/2017) saat Fajri (40) memotong-motong bawang di balik rak mi di Droyal Coffee, Jalan Merdeka Utama, Kota Lhokseumawe, Aceh.

Rak berukuran 1 meter x 1,5 meter itu berada di pojok kafe populer di kota yang dulu dijuluki petro dollar itu.

Setelah memotong bawang, tomat, tauge dan seledri, tangannya lincah menuangkan minyak goreng ke kuali. Lalu dia mulai menggoreng bawang, menuangkan bumbu ke gorengan dan mengaduk-ngaduknya pelan. Sejurus kemudian dia memasukkan daging sapi yang iris kecil-kecil.

Baca juga : Turis Malaysia Suka Wisata Kuliner saat Liburan ke Aceh

Malang melintang di usaha mi membuat Fajri memiliki pelanggan tetap. Sebelumnya dia membuka jualan di Istana Buah, salah satu warung tempat aneka minuman populer di Lhokseumawe. “Saya mulai jualan mi itu sejak 1996,” kata Fajri.

Fajri, sedang memasak mi udang di Droyal Coffee, Kota Lhokseumawe, Aceh, Kamis (14/12/2017).KOMPAS.com/MASRIADI Fajri, sedang memasak mi udang di Droyal Coffee, Kota Lhokseumawe, Aceh, Kamis (14/12/2017).
Sesekali matanya melihat ke arah deretan meja di depan. Menyungging senyum pada pengunjung yang baru duduk.

Baca juga : Jangan Cari Warung Mi Aceh di Aceh, Kenapa?

Memasak mi dimulai pukul 08.00 hingga pukul 23.00 WIB. Sepanjang jam itu dia menyiapkan aneka mi, mulai dari mi udang, mi kepiting, hingga mi daging. Namun, pelanggan cenderung memilih mi daging.

“Rasanya lezat. Dagingnya lembut,” kata Zainal Bakri, seorang pelanggan di kafe itu.

Dalam sehari, Fajri bisa membuat 80 hingga 100 porsi. “Kalau jam 23.00 WIB ndak habis. Tetap saya tutup juga, walau kafenya masih buka,” terangnya.

Pembeli menunggu mi daging racikan Fajri, di Droyal Coffee, Kota Lhokseumawe, Aceh, Kamis (14/12/2017).KOMPAS.com/MASRIADI Pembeli menunggu mi daging racikan Fajri, di Droyal Coffee, Kota Lhokseumawe, Aceh, Kamis (14/12/2017).
Pria berbadan langsing itu meracik sendiri bumbu untuk masakannya. Dia memilih cabai dan lainnya secara teliti. “Setelah saya racik, saya bawa ke penggilingan. Karena saya belum punya mesin giling sendiri,” sebutnya.

Karena itulah, Fajri mengaku bisa menjamin cita rasa racikannya. Sehingga, kemana pun dia berpindah tempat jualan, pelanggan tetap mencarinya.

“Sebagian besar pelanggan saya sudah beli di sini. Saya bersyukur mereka setia pada racikan saya. Makanan itu soal rasa, kalau rasanya pas di lidah pelanggan, mereka akan setia,” katanya.

Fajri, sedang memasak mi udang di Droyal Coffee, Kota Lhokseumawe, Aceh, Kamis (14/12/2017).KOMPAS.com/MASRIADI Fajri, sedang memasak mi udang di Droyal Coffee, Kota Lhokseumawe, Aceh, Kamis (14/12/2017).
Kelebihan masakan Fajri, daging, bumbu dan mi berpadu menjadi satu. Rasanya pas, pedas, lemak, dan terasa lembut.

Nah, jika ingin merasakan sensasi mi daging sapi, kebetulan melintas di Lhokseumawe, silakan singgah di Droyal. Di sana, Fajri siap menyajikannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com