Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liburan ke Banyuwangi? Jangan Lupa Cicipi Buah Naga Organik

Kompas.com - 21/12/2017, 14:11 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Jika berencana menghabiskan liburan akhir tahun ke Banyuwangi, anda wajib berkunjung di Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur. Pasalnya di desa yang berada di bawah kaki Gunung Raung ini menghasilkan buah naga organik yang bebas dari residu berbahaya.

Ada 40 hektar lahan pertanian di Desa Tegalarum yang ditanami buah naga secara organik oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani Pucangsari yang terdiri dari 80-an petani.

"Sejak pertama kita menanam buah naga sudah secara organik. Tidak ada suntikan bahan kimia dan pupuk yang digunakan juga secara organik. Buah naga yang dihasilkan oleh petani desa kita sudah tersertifikasi," kata Rukiyan, ketua kelompok tani Pucangsari kepada Kompas.com, Kamis (21/12/2017).

Baca juga : Banyuwangi Berencana Gaet Turis Australia

Ia mengatakan kelebihan dari buah naga organik adalah lebih tahan lama hingga 25 hari sedangkan buah naga yang tidak organik hanya bertahan sekitar seminggu sampai 10 hari.

"Selain itu rasa manis, teksturnya tentu berbeda dengan yang tidak organik. Yang paling penting buah ini lebih sehat," ujarnya. Selain buah naga, desa tersebut juga mengahasilkan jambu kristal dan juga jeruk organik.

Musim panen buah naga di Desa Tegalarum untuk tahun ini dimulai bulan Desember 2018 hingga bulan Mei 2019.

Baca juga : Berkunjung ke Sambirejo, Desa Buah Naga di Banyuwangi

Untuk sekali musim, dengan luas lahan 40 hektar, hasil panen buah naga organik kelompoknya sebanyak 1.600 ton dengan nlai ekonomis yang lebih tinggi.

“Dengan modal Rp 40 juta juta per hektar, kami bisa memperoleh Rp 560 juta setiap musimnya sekitar enam bulan,” ujarnya.

Ia menjelaskan dalam per bulan, kelompok tani Pucangsari mengirim 40 ton ke Jakarta, 15 ton ke Malang, 8 ton ke Bogor, Bali, Blitar.

"Untuk ke Singapura per bulan kita kirim 4 ton. Sebenarnya banyak permintaan tapi kita menjaga kualitas. Untuk ukurannya buah naga organik antara 4 sampai 6 ons per buah. Ada juga yang minta lebih kecil ukurannya sekitar 3 ons. Tapi kita tidak bisa penuhi," kata Rukiyan.

Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, kepada Kompas.com menjelaskan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah menyediakan outlet khusus produk organik yang diletakkan di Bandara Banyuwangi. Salah satunya adalah menyediakan buah naga organik dari Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu.

Buah naga organik di Desa Tegalsari, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Buah naga organik di Desa Tegalsari, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
"Buah naga organik ini bisa menjadi buah tangan atau oleh-oleh. Bisa datang langsung ke desa atau tinggal beli di bandara. Kita packing sedemian rupa agar lebih menarik, jadi nggak harus dimasukkan kresek. Nanti kalau ke Jakarta saya akan bawa buah naga ini buat oleh-oleh," katanya.

Menurut Anas, Pemkab Banyuwangi juga memfasilitasi sekolah lapang kepada para petani buah untuk menjalankan praktik agrikultur yang baik atau good agricultural practices (SL-GAP) dan good handling practices (SL-GHP). Dengan penanganan yang baik, buah naga organik bisa terjaga kualitasnya dengan rasa buah lebih manis dan tekstur lebih renyah.

“Nilai ekonomisnya pastinya lebih tinggi dari yang tidak organik. Selisihnya bisa Rp 4.000-5.000 di tiap kilogramnya, tentu lebih mahal yang non-organik. Dan saat ini Banyuwangi adalah sentra buah naga nasional,” kata Anas.

Ia menambahkan, dengan luasnya lahan pertanian buah naga bisa menjadi alternatif kunjungan wisatawan yang datang ke Banyuwangi.

Saat ini, luas panen buah naga di Banyuwangi 2.283 hektare dengan produksi 117.709 ton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com