Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Jejak Macan Tutul dan Harimau Jawa di Bromo Tengger Semeru

Kompas.com - 22/12/2017, 07:21 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Macan tutul atau Panthera pardus menjadi satwa prioritas di kawasan hutan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Pengelola kawasan tersebut berupaya untuk meningkatkan populasi satwa jenis kucing besar itu.

Kendati demikian, belum diketahui populasi macan tutul yang ada di hutan seluas 50.276,3 hektar itu. Identifikasi melalui kamera trap belum sepenuhnya berhasil karena adanya gangguan dari masyarakat.

"Kita di lapangan sudah jemput bola. Kita pasang kamera trap. Namun kita tidak mendapatkan hasil rekaman karena ada gangguan dari masyarakat," kata Kepala Resort Ranupani pada TNBTS, Agung Siswoyo di kantor TNBTS, Kota Malang pada Rabu (20/12/2017).

Baca juga : Mulai 1 Januari 2018, Pendakian Gunung Semeru Ditutup Total

Pihaknya mengaku sudah meletakkan kamera trap itu saat pendakian ditutup. Namun, warga Suku Tengger yang masuk ke hutan kerap mengubah arah kamera yang terpasang.

"Tidak ada pendaki, tapi ada juga masyarakat yang masuk ke kawasan hutan," katanya.

Meski identifikasi melalui kamera trap selalu gagal, pihaknya menyakini bahwa macan tutul di kawasan itu masih ada. Hal ini ditunjukkan dengan adanya jejak macan tutul yang didapatkannya.

"Monitoring yang ada di jalur pendakian belum berhasil. Tapi jejak-jejak kita dapatkan terutama di (Blok) Jambangan," jelasnya.

Selain itu, pada tahun 2012, di Blok Coban Trisula pernah di dapati macan tutul yang masih remaja. Ia masuk ke perkampungan dan masuk perangkap warga. "Tertangkap disitu, masih remaja," katanya.

Diduga, macan tutul yang masih remaja itu baru berpisah dari induknya dan mencari wilayah jelajah (home range) sendiri. Sebab, macan tutul kerap mencari makan di home range-nya sendiri.

"Macan tutul ini cenderung mencari daerah yang menjadi home range sendiri," ujarnya.

Selain macan tutul, harimau jawa di kawasan itu diyakini juga masih ada. Hal itu terlihat dari temuan jejak yang diyakini merupakan bekas cakaran harimau. Sebab, bekas cakaran harimau dan macan tutul berbeda. Bekas cakaran harimau cenderung horizontal sementara bekas cakaran macan tutul vertikal.

"Harimau jawa masih ada. Cuma sudah beberapa kali pasang belum dapat. Mudah-mudahan ada tanda-tanda," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com