Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Bendera dan Semangat Juang Pangeran Samber Nyowo

Kompas.com - 01/01/2018, 09:02 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

KARANGANYAR, KOMPAS.comFestival Bendera digelar para seniman bekerja sama warga Desa Gerdu, Kecamatan Karangpadan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, selama dua hari, Sabtu (30/12/2017) dan Minggu (31/12/2017).

Para seniman dari berbagai lintas bidang bergabung menggelar berbagai acara memeriahkan festival yang digelar di petilasan seorang pahlawan nasional bernama Pangeran Samber Nyowo atau Raden Mas Said.

Tak hanya para seniman, warga Desa Gerdu juga nampak antusias mengikuti beraneka rangkaian kegiatan festival bendera mulai dari arak-arakan bendera hingga pertunjukan seni dan workshop.

Usai penancapan ratusan bendera karya 70 seniman diikuti fashion show, Heri Priyatmoko, seorang sejarawan asal Solo menceritakan kisah perjuangan Pangeran Samber Nyowo menancapkan bendera perjuangan melawan penjajah Belanda dua setengah abad lalu di Tuk Ndero, Desa Gerdu.

Ratusan bendera kreasi para seniman tertancap di bukit Tuk Ndero, Desa Gerdu, Kecamatan Karangpadan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (30/12/2017).KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI Ratusan bendera kreasi para seniman tertancap di bukit Tuk Ndero, Desa Gerdu, Kecamatan Karangpadan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (30/12/2017).
"Raden Mas Said selama 16 tahun berjuang sendirian dikeroyok kompeni, kasunanan hingga kasultanan. Kemudian Raden Mas Said yang dikenal sebagai Raja Mangkunegara I bertapa di gunung selama tujuh hari tujuh malam melakukan olah spiritual untuk mendapatkan sebuah wahyu," ujar Heri.

Setelah bertapa, kata Heri, Pangeran Samber Nyowo mendapatkan wahyu berupa bendera lalu ditancapkan di Tuk Ndero di Desa Gerdu, Kecamatan Karangpadan, Kabupaten Karanganyar. Penancapan bendera di Tuk Ndero di Lereng Gunung Lawu menjadikan semangatnya berperang melawah penjajah semakin berkobar.

Pasca penancapan bendera di Tuk Ndero, Pangeran Samber Nyowo memiliki strategi perang semesta. Ia melibatkan seluruh warga untuk bersama-sama melawan penjajah Belanda. "Strategi itu cukup memusingkan Belanda," kata Heri.

Tak lama kemudian, lanjut Heri, Pangeran Samber Nyowo memunculkan konsep perang jijemblungan atau perang gila-gilaan berupa perang sampai titik darah penghabisan. Tak hanya itu, lahir pula perang dedemitan yang membuat kocar-kacir pasukan Belanda.

Heri Priyatmoko, sejarawan asal Solo bertutur sejarah awal mula Pangeran Samber Nyowo menancapkan bendera perjuangan melawan penjajah Belanda.KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI Heri Priyatmoko, sejarawan asal Solo bertutur sejarah awal mula Pangeran Samber Nyowo menancapkan bendera perjuangan melawan penjajah Belanda.
"Perang dedemitan menjadikan Pangeran Samber Nyowo bersama pasukannya datang seperti hantu, mendadak tiba-tiba dan tidak diprediksi," jelas Heri.

Konsep terakhir, kata Heri, Pangeran Samber Nyowo menggunakan taktik perang wewelutan seperti belut. Kondisi itu menjadikan pasukan Pangeran Samber Nyowo sangat sulit ditangkap Belanda.

Untuk menghadapi Belanda, Pangeran Samber Nyowo tidak hadir sendiri. Masyarakat diajak bicara sehingga menjadi simbol kawula gusti yang egaliter. "Masyarakat di Tuk Ndero diajak berpendapat di tengah sawah bukan di pendopo yang mewah. Ini menjadi terobosan pemimpin yang merakyat," kata Heri.

Meski menjadi penebar maut, Pangeran Samber Nyowo juga berhati murah. Seorang tawanan Belanda bernama Sersan Supit tidak dibantai habis-habisan. Tawanan itu dijadikan pasukan penarik kuda.

Grup seniman dari Solo memainkan alat perkusi di puncak Tuk Ndero, tempat Pangeran Samber Nyowo menancapkan benderanya di Desa Gerdu, Kecamatan Karangpadan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (30/12/2017) .KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI Grup seniman dari Solo memainkan alat perkusi di puncak Tuk Ndero, tempat Pangeran Samber Nyowo menancapkan benderanya di Desa Gerdu, Kecamatan Karangpadan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (30/12/2017) .
Bagi Heri, Tuk Ndero merupakan bagian sejarah panjang perjuangan Pangeran Samber Nyowo yang tidak ada babat atau buku-buku. Festival Bendera bagian perayaan penting dan menghormati pahlawan nasional Pangeran Samber Nyowo.

"Lewat Festival Bendera ini, masyarakat Tuk Ndero ingin mengabarkan kepada publik tentang ingatan masa lalu. Dengan demikian menggugah ingatan seluruh publik tentang peristiwa dua setengah abad yang lalu di mana selama 16 tahun Pangeran Samber Nyowo berhasil menggetarkan dan mendobrak penjajah Belanda," ujar Heri.

Sementara itu Kepala Desa Gerdu, Supatno menyatakan Pangeran Samber Nyowo pernah menancapkan bendera perjuangannya di Tuk Ndero. Penancapan bendera itu sebagai spirit perjuangan sang pangeran melawan penjajah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com