Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unik, Museum di Bogor Ini Simpan Perkakas dari Bahan Alam Indonesia

Kompas.com - 06/01/2018, 15:00 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Pernahkah Anda bertanya, mengapa manusia dahulu begitu sayang terhadap alam? Sedangkan, sekarang manusia justru banyak yang merusak alam? Ternyata jawabannya, terekam jelas di salah satu museum ini.

Museum yang satu ini bernama, Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasein). Munasein berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda nomer 22-24, Kota Bogor.

Menurut salah satu peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sekaligus pengurus museum ini, Dian Komara museum tersebut dahulunya dikhususkan untuk memamerkan karya penelitian Etnobotani.

(Baca juga : 6 Museum Unik Sekitar Kebun Raya Bogor, Yakin Pernah Mampir?)

"Etno itu dari kata etnis-etnis, dan botani itu kan alam. Jadi memang ilmu yang mempelajari bagaimana kerjasama etnis manusia dengan alam, dalam konteks pemanfaatannya," ujarnya pada wisatawan, Jumat (5/1/2018).

Namun, menurutnya kini disiplin ilmu tersebut kian berkembang sehingga koleksi museum ini pun tidk hanya hasil manusia dari alam, tapi juga sejarah alamnya. Alhasil namanya pun berubah pada 2016, dari Museum Etnobotani, menjadi Munasein.

Salah satu wisatawan sedang melihat berbagai perkakas rumah tangga dari bahan alam, baik rotan, pandan, akar-akaran, dan yang lainnya di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasein), Bogor, Jumat (5/1/2017).KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Salah satu wisatawan sedang melihat berbagai perkakas rumah tangga dari bahan alam, baik rotan, pandan, akar-akaran, dan yang lainnya di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasein), Bogor, Jumat (5/1/2017).
Semuanya dibuat di alam Nusantara

Museum ini amat kaya dengan hasil kerjasama manusia dengan alam, khususnya manusia Indonesia. Telihat bagaimana ragam suku mulai Aceh, Batak, Minang, Sunda, Jawa, Dayak hingga suku-suku di Papua membuat segala kebutuhan hidupnya dari alam.

Sungguh tidak membosankan saat Anda melihat berbagai perkakas unik ciptaan manusia di sana. Ada perkakas unik dari tanaman rotan yang dimanfaatkan seperti tikar alas tidur, tas, pakaian, topi, alat berburu, hingga mahkota kehormatan.

Selain tanaman rotan, ada pula perkakas dari bambu, labu, hingga akar mengkudu yang jadi pewarna alami batik dan tenun cantik dari berbagai daerah.

(Baca juga : Berwisata ke Bogor, Simak 5 Tempat Kuliner Dekat Stasiun Bogor)

Uniknya, ragam benda-benda yang terbuat dari alam tersebut sangat detail dan rumit pembuatannya. Terbayang keuletan mereka saat membuat barang-barang perkakas, maupun hanya suvenir adat. Ada produk-produk budaya dari biji-bijian, hingga buah-buahannya pun seperti tidak luput dari tangan-tangan kreatif manusia.

"Kita jangankan disuruh bikin tikar dari anyaman akar. Bikin wadah dari pilinan kertas bekas aja ngeluhnya banyak, dan ga jadi-jadi lagi. Ini detail banget," puji Danang, salah satu wisatawan asal Bogor yang terkagum.

Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasein), yang dahulunya merupakan tempat labolatorium tanag, atau dinamakan Herbarium Bogoriense.KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasein), yang dahulunya merupakan tempat labolatorium tanag, atau dinamakan Herbarium Bogoriense.
Tak hanya perkakas, disini pun Anda bisa melihat ragam obat dari alam dengan khasiatnya yang berbeda-beda. Berbagai tanaman obat ini sudah digunakan para leluhur suku di Nusantara untuk bertahan hidup.

Munasein sendiri memiliki total koleksi hingga 1.800 benda. Menurut Dian, 95 persennya merupakan rumpun etnobotani peninggalan manusia adat dari seluruh Nusantara.

(Baca juga : Gunung Bunder, Destinasi Wisata Alternatif selain Puncak Bogor)

Namun, untuk saat ini yang bisa dipamerkan pada wisatawan baru setengah dari total koleksi. Hal itu lantaran ruangan yang sedang dalam pembangunan. Pihak museum menargetkan pembangunan dengan empat lantai bisa selesai di tahun 2018 ini dengan bertahap.

Untuk masuk ke Munasein, Anda cukup membeli tiket Rp 5.000 per orang, sekali kunjungan. Museum yang dekat dengan Kebun Raya Bogor ini buka setiap hari kerja, mulai pukul 08.00-16.00 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com