Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kumpulan Milenials Merawat Puspa Langka di Bumi Rafflesia

Kompas.com - 11/01/2018, 08:17 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak ingin kekayaan alamnya digunakan serampangan oleh sebagian orang, beberapa pemuda milenials ini mengelola wisata rafflesia dengan konsep eco-tourism.

Provinsi Bengkulu memang dianugerahi alam yang unik. Bunga rafflesia yang begitu sulit dikembangbiakkan di berbagai tempat, malah tumbuh subur di sana.

Menurut Ketua Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu, Sofian Ramadhan mengatakan seluruh kabupaten di Bengkulu memiliki potensi bunga rafflesia. Bahkan tiap bulan pasti ada saja yang mekar di beberapa lokasinya.

Baca juga : Sejarah Penemuan Bunga Rafflesia Arnoldii, Begini Ceritanya...

Saking kayanya, beberapa daerah memiliki jenis bunga rafflesia yang berbeda dari daerah lainnya. Bahkan ada yang endemik lokal daerah tersebut, juga endemik Bengkulu seperti Rafflesia bengkuluensis.

Kekayaan alam tersebut tentunya selain berpotensi untuk membangun pariwisata Bengkulu, juga berpotensi disala gunakan sebagian orang. Sofian mengakui masih benaknya oknum yang merusak hidup rafflesia demi keuntungan di sektor wisata.

Wisatawan bersaa dinas setempat, dan Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu yang sedang berkujung dan mencari bunga rafflesia yang mekar di salah satu hutan lindung Provinsi Bengkulu.Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu Wisatawan bersaa dinas setempat, dan Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu yang sedang berkujung dan mencari bunga rafflesia yang mekar di salah satu hutan lindung Provinsi Bengkulu.
"Jadi, di Bengkulu itu masih ada oknum-oknum yang sengaja merusak hanya untuk dapat motif ekonomi dari bunga rafflesia. Seperti di potong untuk diperlihatkan ke turis atau di pylox," kata Sofian kepada KompasTravel, saat dihubungi, Selasa (9/1/2018).

Baca juga : 5 Keistimewaan Bunga Rafflesia yang Bikin Turis Kepincut

Oleh karena itu dari masing-masing kabupaten dan tempat yang ditumbuhi rafflesia telah memiliki kelompok "masyarakat peduli". Ia dengan beberapa kawannya yang tergabung dalam Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu, rutin berkoordinasi dengan kelompok-kelompok daerah lainnya.

"Kita dari pusat (Kota Bengkulu) berkoordinasi dengan kelompok-kelompok di daerah, mempromosikan ke wisatawan saat ada bunga yang mekar, juga mengarahkan wisatawan kemana tempat yang ada bunga mekarnya," ujarnya.

Selain itu, komunitas tersebut juga rutin menyuarakan cara yang benar dalam memanfaatkan keindahan bunga rafflesia. Wisata yang ia jalankan bersama puluhan orang di komunitasnya bernafaskan eco-tourism, atau wisata yang tidak mengesampingkan konservasi alam.

Komunitas Peduli Puspa Langka BengkuluKomunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu
"Selain nyusun paket-paket wisata sama teman di daerah, kita juga akan sosialisasikan bagaimana cara melihat rafflesia yang benar, mengenalkan daur hidupnya, jenis-jenisnya, bagian bunganya," kata Sofian.

Komunitas yang sudah enam tahun berdiri ini, kini  mulai diakui oleh pemerintah. Dengan difasilitasinya kerja sama dengan Kementerian Pariwisata, Kementerian Kehutanan untuk menjalankan beberapa program.

Salah satu program edukasi andalanya ialah KPPL Goes to School, di mana para anggota KPPL tadi mensosialisasikan kepada siswa-siswa sekolah mengenai sang puspa langka rafflesia.

Banyak yang Kontra

Kini anggota komunitasnya ada 20 orang sebagai anggota pusat, dan puluhan lainnya yang tersebar di beberapa kabupaten di Bengkulu. Menurutnya menyuarakan konservasi di Bengkulu bukan tanpa halangan, justru lebih banyak yang kontra pada meraka.

Bunga Rafflesia arnoldii mekar di hutan Cagar Alam Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, Rabu (15/5/2013). Setiap kali ada bunga raflesia mekar di hutan yang dibelah Jalan Raya Bengkulu-Kepahiang itu selalu menarik perhatian wisatawan dan warga.  KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN Bunga Rafflesia arnoldii mekar di hutan Cagar Alam Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, Rabu (15/5/2013). Setiap kali ada bunga raflesia mekar di hutan yang dibelah Jalan Raya Bengkulu-Kepahiang itu selalu menarik perhatian wisatawan dan warga.
"Masih ada saja masyarakat tidak bisa berkompromi menjaga habitat. Ada beberapa daerah yang tidak mau ikut karena merasa mengelola rafflesia dengan cara hukum rimba sudah tradisi di daerahnya," tutur Sofian pada KompasTravel.

Hukum rimba yang dimaksud ialah siapa yang duluan menemukan bunga tersebut di alam, maka ia yang berhak mengeksploitasinya. Tentunya untuk keuntungan pribadi, tanpa mementingkan keberlangsungan hidup bunga.

"Lebih banyak daerah yang tidak aktif di komunitas. Karena ya mereka merasa daerahnya kuasa mereka, mereka yang punya lahan jadi gak mau diajak," katanya.

Sehingga, tambah Sofian, tak heran kabar buruk tentang eksploitasi rafflesia di Bengkulu masih tetap ada, seperti pemotongan bunga-bunga raflesia, pewarnaan ulang dengan cat semprot, semuanya untuk keuntungan pribadi dari sektor pariwisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com