Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Museum Bahari, dari Gudang Rempah hingga Penyimpanan Senjata

Kompas.com - 16/01/2018, 13:15 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tepat pukul 08.55 WIB Museum Bahari yang memuat banyak koleksi kemaritiman Indonesia terbakar. Bangunan museum di sisi utara terbakar dan koleksinya juga dilalap api seperti miniatur model kapal dan alat-alat navigasi pelayaran.

Museum yang berlokasi di Jalan Pasar Ikan nomer 1 Sunda Kelapa, Jakarta Utara ini memiliki sejarah perjalanan panjang. Mulai dari zaman VOC bangunannya itu sempat dijadikan gudang rempah, hingga kini memuat berbagai koleksi kemaritiman dari berbagai daerah di Indonesia.

(Baca juga : Museum Bahari Buka Pameran Pertempuran Laut Jawa dan Selat Sunda)

Menurut Kepala Museum Bahari Husnison Nizar, bagian tertua dari museum ini mulai dibangun pada 1652 semasa akhir kepemimpinan Gubernur Jendral Christoffel van Swoll. Pembangunannya pun dilaksanakan bertahap hingga 1774.

Wisatawan berpose di salah satu kapal koleksi Museum Bahari.KOMPAS.com/SILVITA AGMASARI Wisatawan berpose di salah satu kapal koleksi Museum Bahari.

Pada masa VOC, gedung ini berfungsi sebagai gudang penyimpanan, pemilihan, penjemuran, dan pengepakan rempah-rempah. Pada saat itu rempah yang banyak di sini seperti kopi, dan teh.

Selain itu sisi barat Museum Bahari dulunya dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat, juga kerap digunakan untuk penyimpanan sejumlah komoditi berharga yang dijual di Nusantara. Seperti tembaga, timah hingga tekstil milik VOC.

(Baca juga : Museum Bahari Ramai Dikunjungi Wisatawan)

Beralih ke masa pendudukan Jepang, bangunan ini hanya dijadikan sebagai tempat menyimpan logistik tentara Jepang. Bangunan digunakan untuk tempat penyimpanan persenjataan dan bahan pangan.

Wisatawan sedang melihat salah satu koleksi navigasi di Museum Bahari.KOMPAS.com/SILVITA AGMASARI Wisatawan sedang melihat salah satu koleksi navigasi di Museum Bahari.

Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh PLN dan PTT untuk gudang. Masih dalam bangunan yang sama sejak VOC, barulah Museum Bahari diresmikan pada tahun 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, lengkap dengan menara-menara kawal VOC di dalamnya.

Bangunan Museum Bahari atau Museum Kebaharian dan Menara Syahbandar ini punya nilai sejarah yang sangat penting, karena merupakan salah satu peninggalan tertua zaman Belanda dulu," kata Husnison Nizar kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

(Baca juga : Museum Bahari yang Terbakar Baru Selesai Direnovasi pada November)

Banyak sekali kelebihan museum ini yang tercatat dalam sejarah. Diantaranya menjadi tembok warisan VOC terakhir di Nusantara. Juga ragam koleksinya yang paling lengkap soal kemaritiman dari Sabang sampai Merauke.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com