GARUT, KOMPAS.com – Akhir pekan adalah waktu yang cocok untuk liburan singkat, tentu dengan pilihan destinasi yang tak terlalu jauh dari tempat tinggal. Sore itu saya menuju salah satu obyek wisata yang cukup tersohor di Garut, Jawa Barat, yakni Candi Cangkuang.
Perjalanan menuju Candi Cangkuang, melewati jalan dengan tawaran pemandangan sawah di bagian kanan dan kiri jalan. Tanpa menggunakan pendingin di dalam mobil, udara di luar terasa lebih sejuk.
Menuju Candi Cangkuang
Candi Cangkuang sendiri terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Untuk sampai di lokasi, saya pun harus memasuki pemukiman penduduk yang jalannya hanya cukup untuk dua mobil.
Dari pusat Kota Garut, jarak ke candi tersebut sekitar 18 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 40 menit. Nah, jika perjalanan dari arah Cileunyi, jaraknya sekitar 36 kilometer.
Begitu keluar pintu Tol Cileunyi, ambil arah menuju Nagrek, setelah itu pilih jalur menuju Garut. Waktu tempuh dari pintu Tol Cileunyi ke Candi Cangkuang sekitar kurang lebih satu hingga 1,5 jam.
Berbeda untuk wisatawan mancanegara, tarifnya Rp 12.000 per orang untuk dewasa, dan Rp 5.000 per orang untuk anak-anak.
Perlu dicatat, wisata ini buka setiap hari, mulai pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB.
Setelah membeli tiket, saya pun segera masuk, tetapi untuk bisa sampai di Candi Cangkuang, harus menyeberangi danau menggunakan rakit. Menaiki rakit ini pun wisatawan harus membayar sebesar Rp 5.000 per orang.
Akan tetapi, jika datang bersama rombongan bisa menyewa satu rakit, maksimal kapasitasnya 20 orang dengan tarif sebesar Rp 100.000. Jika menyewa satu rakit, tak perlu khawatir, karena tidak ada batas waktu alias pengayuh rakit akan tetap menunggu Anda.
Saya pun mulai menaiki rakit yang terbuat dari bambu. Kemudian duduk di kursi yang telah disediakan. Rakit dikayuh oleh satu orang menggunakan bambu panjang. Kedalaman danau diperkirakan sekitar 1,5 meter.
Turun dari rakit, saya terus berjalan mengikuti papan informasi. Sambil berjalan, saya menemukan toko-toko yang berjajar menawarkan suvenir yang bisa dijadikan oleh-oleh.
Sebelum memasuki area candi, saya melihat gerbang masuk Kampung Pulo. Di kampung tersebut pun hanya terdapat enam bangunan rumah panggung dan satu mushala.