Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Rumus Menpar Capai Target Wisatawan Lewat Penerbangan

Kompas.com - 07/02/2018, 20:25 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai usaha dilakukan Kementerian Pariwisata, untuk memenuhi target 20 juta wisatawan mancanegara di tahun 2020. Salah satu kuncinya ada di industri penerbangan.

Menteri Pariwisata (Menpar) merumuskan ada beberapa strategi yang harus dilakukan para maskapai penerbangan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di tahun 2018 ini.

Dari rilis yang diterima KompasTravel, Selasa (6/2/2018), Arief mengatakan untuk mencapau 25 juta kunjungan wisman, Indonesia masih buruh tambahan 1,1 juta kursi pesawat (kapasitas penerbangan) dari penerbangan internasional.

(Baca juga : Menpar: Indonesia Butuh 30 Juta Kursi Pesawat)

"Targetnya menutup defisit 1,1 juta international flight seats tahun ini. Caranya? Fokus pada pasar utama pariwisata. Optimalisasi low season. Menyarankan dibukanya rute baru. Ada juga program stimulus atau insentif yang sudah disiapkan," ujar Menpar, saat kunjungan ke kantor Garuda Indonesia, Jakarta Senin (5/2/2018).

Turis China di Taman Budaya Tionghoa Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.Diana Tri Turis China di Taman Budaya Tionghoa Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
1. Fokus pada pasar utama pariwisata

Menpar menyebutkan data yang dihimpun Kementerian Pariwisata, Tiongkok berada di daftar teratas pemasok wisman terbesar. Angkanya sekitar 1,91 juta di 2017, atau tumbuh 42,22 persen.

Selain Tiongkok, Eropa merupakan pasar bagus bagi pariwisata Indonesia. Kunjungan wisman Eropa ada 1,74 juta wisman, atau tumbuh 14,12 persen.

Ada juga potensi Australia sebanyak 1,10 juta wisman, Singapura 1,31 juta wisman, India 434.190 wisman, hingga Malaysia 1,09 juta wisman.

(Baca juga : Indonesia Terus Incar Turis China Tahun 2018)

Selain itu ada poros Taiwan dan Hongkong yang banyak digarap maskapai Indonesia, terutama Garuda Indonesia.

Ia melihat Taiwan cukup produktif dengan kontribusi 199.050 ribu wisman. Perlahan tetapi pasti, Taiwan tumbuh dua persen. Untuk Hong Kong berkontribusi 77.300 wisman, tumbuh 0,17 persen.

Satu di antara sudut Jiwangga Resto di Bromonilan, Purwomartani, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta yang menawarkan suasana kerajaan Majapahit Kuno TRIBUN JOGJA/WAHYU SETIAWAN NUGROHO Satu di antara sudut Jiwangga Resto di Bromonilan, Purwomartani, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta yang menawarkan suasana kerajaan Majapahit Kuno
2. Optimalisasi low season

Selain pasar potensial, maskapai harus jeli dan terbuka melihat moment saat low season. Ia meminta para maskapai memaksimalkan low season dengan menambah seats di rute-rute potensial.

Menpar mengatakan dalam low season, bisa menggunakan konsep sharing economy, juga discount. Besarannya adalah 30-40 persen, secara menyeluruh. Artinya berlaku untuk maskapai, akomodasi, bahkan destinasi.

(Baca juga : Tarik Wisatawan saat Low Season, Pemprov Luncurkan Jateng Wow)

“Kami ingin Lion Group dan maskapai lain memberitahukan kapan low season itu terjadi. Saat low season,  maka semua akan ikut (sharing economy dan discount). Besarnya bisa 30 persen atau 40 persen. Nanti kalau ada yang tidak mau ikut, maka sanksi sosialakan diberikan. Kebijakan ini dilakukan agar industri tetap jalan,” lanjutnya lagi.

Kunjungan Menpar, Arief Yahya ke kantor Garuda Indonesia, di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Selasa (6/2/2018).Dokumen Kementerian Pariwisata Kunjungan Menpar, Arief Yahya ke kantor Garuda Indonesia, di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Selasa (6/2/2018).
3. Menyarankan dibukanya rute baru.

Menpar menambahkan, penambahan rute baru dan frekuensi penerbangan berpeluang mengatrol jumlah kedatangan wisman.

(Baca juga : Indonesia Bujuk Maskapai Asal Singapura Buka Rute Baru)

“Penambahan rute baru harus dilakukan. Sebab, pemetaannya sudah jelas. Tiongkok memang market besar. Namun, kota-kota baru harus coba dikembangkan. Australia punya kemampuan spending yang besar. Potensi kota-kota lain di sana harus dikaji lagi,” lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com