Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setengah Jam Meresapi Syahdunya Upacara Minum Teh Tradisional Jepang

Kompas.com - 21/02/2018, 14:19 WIB
Jessi Carina,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

JEPANG, KOMPAS.com - Minum teh bukan sekadar aktivitas biasa di Jepang. Ada yang disebut dengan upacara minum teh tradisional yang mengajak kita meresapi setiap tahapannya.

Pada Selasa, (20/2/2018), KompasTravel berkesempatan mengunjungi Kofukuzenji Temple di Ichihara, Jepang. Begitu tiba di sana, kami disambut dengan upacara minum teh tersebut. Biksu yang berada di sana mengajak saya dan rombongan duduk di ruangan yang telah disiapkan. Suasana tradisional khas Jepang langsung terasa di ruangan itu.

Baca juga : Ini Uniknya Gyokuro, Salah Satu Teh Termahal Jepang

Kami diminta duduk sambil menyaksikan pembuatan tehnya. Sebelum itu, biksu lain memberikan kami makanan ringan berbentuk bunga daffodil.

"Ini adalah manisan tradisional," kata Naoko Ohara, pendamping kami dari JTB.

Baca juga : Tidak Semua Teh Hijau Bubuk Adalah Matcha

Naoko menjelaskan bentuk bunga dari manisan yang disajikan berbeda-beda. Tergantung dari musim yang sedang berlangsung saat itu. Saat dimakan, rasanya sangat manis dan lembut. Terdapat tumbukan kacang merah di dalam manisan tersebut.

Pelan-pelan Meminum Teh

Sambil menikmati manisan, kami bisa sambil melihat proses pembuatan tehnya. Perempuan berbaju kimono duduk dengan tegap di balik meja lengkung.

Tamu menikmati manisan berbentuk bunga sebelum menikmati semangkuk teh hijau di Kofukuzenji Temple, Ichihara, Jepang, Selasa (20/2/2018). KOMPAS.com/JESSI CARINA Tamu menikmati manisan berbentuk bunga sebelum menikmati semangkuk teh hijau di Kofukuzenji Temple, Ichihara, Jepang, Selasa (20/2/2018).
Di hadapannya, terdapat dua kuali berukuran sedang yang berisi air dan dua mangkuk. Satu kuali dipanaskan di atas tungku, satu mangkuk kecil berisi bubuk teh hijau yang akan diseduh.

Baca juga : Salah Kaprah, Chamomile Tea Bukan Teh

Perempuan itu secara perlahan memasukkan bubuk teh hijau ke dalam mangkuk. Kemudian, dia menuangkan sedikit air panas dan mengaduknya. Semua proses itu dilakukan secara perlahan. Setelah semua bubuk teh hijau larut dalam air panas, dia menambahkan air bersuhu normal dari kuali lainnya.

Begitu teh siap, dia memutar-mutar mangkuk lalu diserahkan kepada biksu lain yang akan menyerahkannya kepada kami. Saya sangat penasaran untuk merasakan teh hijau asli Jepang yang dibuat secara syahdu itu. Begitu saya menerimanya, aroma teh hijau yang biasa saya hirup langsung tercium hidung. Namun kali ini aromanya lebih pekat. Menghirupnya saja langsung membuat rileks.

Baca juga : Jamuan Teh Sore Hari Bertema Alice in Wonderland di Jepang

Saya meminum teh hijau itu pelan-pelan seakan takut habis. Rasanya sangat autentik dan pekat. Saat diminum, tehnya menyisakan rasa pahit di belakang. Saya melihat rombongan lain yang menikmati teh itu bersama saya, semuanya diam, menikmati setiap tetes yang tersisa.

Ketika saya hampir selesai menikmati teh itu, saya melihat pembuat teh kami membersihkan peralatannya di meja itu. Dia mencampurkan air bersuhu normal dengan air panas. "Dia menyiapkan agar bisa digunakan untuk tamu berikutnya," kata Nao.

Tamu menikmati semangkuk teh hijau di Kofukuzenji Temple, Ichihara, Jepang, Selasa (20/2/2018).KOMPAS.com/JESSI CARINA Tamu menikmati semangkuk teh hijau di Kofukuzenji Temple, Ichihara, Jepang, Selasa (20/2/2018).
Saya melihat jam di telepon genggam saya. Tidak terasa, sudah setengah jam kami duduk mengikuti upacara teh tradisional itu. Setengah jam yang hening menenangkan dari semangkuk teh hijau.

Naoko mengatakan aktivitas ini bukan sekadar meminum teh biasa. Namun untuk menghargai setiap waktu yang ada untuk meminum teh itu. Bahwa momen yang dilewati tidak mungkin kembali lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com