JEPANG, KOMPAS.com - Minum teh bukan sekadar aktivitas biasa di Jepang. Ada yang disebut dengan upacara minum teh tradisional yang mengajak kita meresapi setiap tahapannya.
Pada Selasa, (20/2/2018), KompasTravel berkesempatan mengunjungi Kofukuzenji Temple di Ichihara, Jepang. Begitu tiba di sana, kami disambut dengan upacara minum teh tersebut. Biksu yang berada di sana mengajak saya dan rombongan duduk di ruangan yang telah disiapkan. Suasana tradisional khas Jepang langsung terasa di ruangan itu.
Baca juga : Ini Uniknya Gyokuro, Salah Satu Teh Termahal Jepang
Kami diminta duduk sambil menyaksikan pembuatan tehnya. Sebelum itu, biksu lain memberikan kami makanan ringan berbentuk bunga daffodil.
"Ini adalah manisan tradisional," kata Naoko Ohara, pendamping kami dari JTB.
Baca juga : Tidak Semua Teh Hijau Bubuk Adalah Matcha
Naoko menjelaskan bentuk bunga dari manisan yang disajikan berbeda-beda. Tergantung dari musim yang sedang berlangsung saat itu. Saat dimakan, rasanya sangat manis dan lembut. Terdapat tumbukan kacang merah di dalam manisan tersebut.
Pelan-pelan Meminum Teh
Sambil menikmati manisan, kami bisa sambil melihat proses pembuatan tehnya. Perempuan berbaju kimono duduk dengan tegap di balik meja lengkung.
Baca juga : Salah Kaprah, Chamomile Tea Bukan Teh
Perempuan itu secara perlahan memasukkan bubuk teh hijau ke dalam mangkuk. Kemudian, dia menuangkan sedikit air panas dan mengaduknya. Semua proses itu dilakukan secara perlahan. Setelah semua bubuk teh hijau larut dalam air panas, dia menambahkan air bersuhu normal dari kuali lainnya.
Begitu teh siap, dia memutar-mutar mangkuk lalu diserahkan kepada biksu lain yang akan menyerahkannya kepada kami. Saya sangat penasaran untuk merasakan teh hijau asli Jepang yang dibuat secara syahdu itu. Begitu saya menerimanya, aroma teh hijau yang biasa saya hirup langsung tercium hidung. Namun kali ini aromanya lebih pekat. Menghirupnya saja langsung membuat rileks.
Baca juga : Jamuan Teh Sore Hari Bertema Alice in Wonderland di Jepang
Saya meminum teh hijau itu pelan-pelan seakan takut habis. Rasanya sangat autentik dan pekat. Saat diminum, tehnya menyisakan rasa pahit di belakang. Saya melihat rombongan lain yang menikmati teh itu bersama saya, semuanya diam, menikmati setiap tetes yang tersisa.
Ketika saya hampir selesai menikmati teh itu, saya melihat pembuat teh kami membersihkan peralatannya di meja itu. Dia mencampurkan air bersuhu normal dengan air panas. "Dia menyiapkan agar bisa digunakan untuk tamu berikutnya," kata Nao.
Naoko mengatakan aktivitas ini bukan sekadar meminum teh biasa. Namun untuk menghargai setiap waktu yang ada untuk meminum teh itu. Bahwa momen yang dilewati tidak mungkin kembali lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.