Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/02/2018, 14:17 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah gempuran budaya asing juga tren yang semakin dinamis, keraton dengan adat dan kebudayaan warisan leluhurnya harus bisa survive.

Bahkan ketika keraton menjadi sebuah destinasi wisata, pun digempur oleh destinasi wisata modern yang kekinian dan lebih diminati kaum milenials sebagai generasi mayoritas negeri ini.

Baca juga : Ternyata Ada Ratusan Keraton di Indonesia

Apa sebenarnya yang harus dilakukan keraton untuk tetap memegag teguh adat dan kebudayaan di tengah gempuran budaya dan tren kekinian tersebut?

Pangeran Raja Arief Adipati Natadiningrat, Sultan Kasepuhan Cirebon yang juga sebagai Ketua Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) mengatakan keraton harus bisa mengimbangi antara melestarikan budaya dengan tetap mengikuti zaman.

Baca juga : Aplikasi Ini Sajikan Augmented Reality bagi Turis Kunjungi Keraton

"Tentunya kita tetap harus bisa melestarikan adat tradisi budaya, tetapi juga bisa hidup di era sekarang, di tegngah internet, medsos, juga era demokarasi. Itu yang harus kita bisa imbangi," ujarnya kepada KompasTravel, seusai meluncurkan aplikasi My Keraton di Kementerian Pariwisata, Selasa (20/2/2018).

Cendekiawan Keraton NusantaraDok. Cendekiawan Keraton Nusantara Cendekiawan Keraton Nusantara
Ia mengingatkan, pertama agar keraton tidak terjebak dalam politik kekuasaan, meskipun di Indonesia penuh dengan partai politik. Sultan harus mengayomi dan dan mengutamakan rakyatnya tanpa terkecuali.

Kedua, adat dan kebudayaan harus tetap dilestariakan, bahkan menjadi kearifan lokal masyarakatnya.

"Di situ banyak filosofi yang bisa dikembangkan, menjadi kearifan lokal masyarakat," tuturnya.

Ketiga, berkontribusi dalam hal akademik. Dengan cara bekerja sama dengan lembaga pendidikan mulai sekolah-sekolah untuk menyebarkan warisan budaya, mengajak untuk studi di keraton.

Berikutnya berdampingan dengan perguruan tinggi, untuk hal riset. Menurutnya kini banyak yang menjadikan keraton sebagai pusat studi riset, untuk penelitian tesis, disertasi. Sehingga banyak doktor dan profesor Indonesia yang terlahir dari keraton.

Keempat, keraton tidak boleh tertindas oleh teknologi, dan modernisasi. Namun harus berjalan selaras, dan memanfaatkan teknologi sebagai corong dunia mengenal keraton nusantara.

Abdi dalem Keraton Ternate di Keraton Kesultanan Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, Selasa (3/7/2012). Keraton ini dibangun oleh Sultan Muhammad Ali pada tanggal 24 November 1810 terletak diatas Bukit Limau Santosa. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Abdi dalem Keraton Ternate di Keraton Kesultanan Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, Selasa (3/7/2012). Keraton ini dibangun oleh Sultan Muhammad Ali pada tanggal 24 November 1810 terletak diatas Bukit Limau Santosa.
"Teknologi dan modernisasi harus kita manfaatkan dong, masuk di dalamnya, menjadi corong dari berbagai informasi keraton. Bahwa di sini ada keraton yang masih ada adat, dan budaya yang lestari," katanya.

Kelima, destinasi keraton harus menyesuaikan modernisasi. Keusangan museum-museum dalam keraton memang kerap menjadi momok "membosankan" saat berkunjung ke sana. Itulah yang harus diubah menurut Arief Adipati Natadiningrat.

"Kita sesuaikan harus ber AC, nyaman, ada wifi, dan cafe corner, juga ada kawasan cinderamatanya. Tapi tetap ada barang-barang pusaka, dan budaya di sana. tentu itu butuh biaya besar," tuturnya.

Saat ini menurutnya kelima cara tersebut sudah mulai coba diterapkan di berbagai keraton, terutama Keraton Kasepuhan Cirebon.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com