Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayo Mengenal Kilin, Barongsai Spesial yang Tak Sembarangan Dimainkan

Kompas.com - 24/02/2018, 19:05 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Barongsai yang dulu digunakan untuk prosesi ritual adat dan kebudayaan Tionghoa, kini sudah sudah bisa dinikmati untuk tujuan hiburan, bahkan jadi cabang olahraga bergengsi di dunia dan Indonesia.

Namun, ternyata ada satu jenis hewan rekaan dalam rumpun barongsai yang amat spesial perlakuannya, yaitu kilin. Kilin merupakan hewan rekaan jenis barong yang menempati kasta tertinggi dalam kebudayaan Tionghoa.

Baca juga : Kenapa Selalu Ada Barongsai Setiap Perayaan Imlek?

Meski asal budayanya bersumber langsung dari China, Indonesia punya kilin yang masih terus dilestarikan dengan segala ritual budayanya. 

Perguruan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih, Bogor, satu-satunya perguruan yang masih meneruskan kilin di Indonesia. Bahkan dengan segala perlakuan khususnya yang istimewa dibanding barongsai.

"Kilin ini istimewa karena dianggap hewan tunggangan dewa. Keluarnya pun tidak bisa sembarangan, untuk komersial, seperti barongsai, hanya untuk acara keagamaan," ungkap Irwan Rahardja, keturunan keempat pelestari kilin PGB Bagau Putih, kepada KompasTravel, di Bogor, Jumat (23/2/2018).

Suasana saat Barongsai Kilin usai dimandikan jelang perayaan Cap Go Meh di Vihara Maha Brahma Pan Kho Bio, Bogor, Jawa Barat. Warga Tionghoa Bogor rutin memandikan kilin, di Sungai Ciliwung. Kilin merupakan kasta tertinggi dari tradisi barong.MAULANA MAHARDHIKA Suasana saat Barongsai Kilin usai dimandikan jelang perayaan Cap Go Meh di Vihara Maha Brahma Pan Kho Bio, Bogor, Jawa Barat. Warga Tionghoa Bogor rutin memandikan kilin, di Sungai Ciliwung. Kilin merupakan kasta tertinggi dari tradisi barong.
Karena kedudukannya tersebut kilin menjadi istimewa, sehingga untuk memainkannya butuh keterampilan gerak khusus. Pasalnya kilin dipercaya merupakan jenis binatang rekaan yang menggambarkan filosofi 13 unsur binatang.

"Orang yang membawakannya harus bisa menjiwai ketika ia jadi macam-macam binatang yang diwakilinya. empat kaki kilin aja itu mewakili binatang yang beda-beda, otomatis gaya jalannya beda," ungkap Peter, salah satu instruktur senior kilin di PGB Bangau Putih di Bogor.

Ia mengatakan, orang yang memainkan kilin harus memenuhi syarat. Adapun syaratnya seperti ahli bela diri silat minimum sabuk merah. Hal itu disyaratkan karena berkaitan dengan ketahanan fisik saat memainkan kilin yang gerakannya bisa sangat lambat bisa juga sangat cepat.

Suasana saat Barongsai Kilin diarak menuju tempat ritual pemandian di Pulo Geulis, Bogor, Jawa Barat. Warga Tionghoa Bogor rutin memandikan kilin, di Sungai Ciliwung. Kilin merupakan kasta tertinggi dari tradisi barong.MAULANA MAHARDHIKA Suasana saat Barongsai Kilin diarak menuju tempat ritual pemandian di Pulo Geulis, Bogor, Jawa Barat. Warga Tionghoa Bogor rutin memandikan kilin, di Sungai Ciliwung. Kilin merupakan kasta tertinggi dari tradisi barong.
Orang yang bisa memainkan minimal berusia 15 tahun dengan perawakan yang proporsional. Menurutnya, karena kekuatan kepala dan badan kilin saaat ditopang harus seimbang.

Para pemain dalam satu tim pun diharuskan puasa makan daging, atau binatang yang bernyawa selama 15 hari sebelum ditampikannya kilin, salah satunya saat Cap Go Meh.

"Gunanya untuk menjaga fisik, juga diisi latihan terus selama itu untuk membangun mentalnya," tutur Peter kepada KompasTravel.

Salah satu ciri fisik yang membedakan kilin dengan barongsai ialah bersisik naga tidak berbulu, berjenggot panjang, berkaki empat dengan cara jalan yang berbeda-beda, dan warna badan merah atau hijau (jenis paling sakral).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com