TANGERANG, KOMPAS.com – Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan bahwa masa depan industri kuliner sangat bagus. Bahkan, kata dia, diplomasi sosial ekonomi terbaik melalui kuliner.
“Ya jadi sudah saya simpulkan tadi, diplomasi sosial ekonomi terbaik itu melalui kuliner. Sebenarnya lebih tidak terasa melalui kuliner. Musik dan film itu juga mempengaruhi, tapi itu lebih terasa. Kalau kuliner tidak terasa. Pesan yang disampaikan melalui kuliner itu cair dengan budaya yang ada di kuliner tersebut,” ujar Arief dalam launching Batavia Café di Tangerang Selatan, Banten, Rabu (28/2/2018).
Baca juga : Nasi Gandul, Kuliner Khas Pati yang Digandrungi Indra Safri...
Ia melanjutkan, kuliner sendiri memiliki ukuran yang lebih besar. Ketika merasakan kuliner satu bangsa, maka tidak menutup kemungkinan turis pun akan mengunjungi destinasi asal kuliner tersebut.
“Tahun 2017, pendapatan dari kuliner sekitar 30 persen atau sekitar Rp 60 triliun dari total pendapatan pariwisata sekitar Rp 200 triliun," kata Arief.
Baca juga : William Wongso, Orang Indonesia di Klub Kuliner Bergengsi Dunia
Oleh sebab itu, Kementerian Pariwisata ingin menyelesaikan persoalan yang ada di Indonesia dengan melakukan tiga program dalam diplomasi kuliner.
Tiga di antaranya memopulerkan makanan nasional, seperti rendang, kemudian soto, nasi goreng, gado-gado, dan sate. Kemudian destinasi kuliner yakni Bali, Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang), dan Bandung.
Lalu juga melakukan branding pada restoran yang sudah ada di dunia melalui co-branding Wonderful Indonesia.
Dengan demikian di tahun 2018 ini, Menpar menargetkan kuliner dapat menyumbangkan pendapatan pariwisata sebesar 30 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.