Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenpar Gencarkan Nomadic Tourism pada 2018, Apa Itu?

Kompas.com - 26/03/2018, 06:32 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian Pariwisata 1 2018, 22-23 Maret 2018, menghasilkan usulan untuk membuat nomadic tourism tahun ini. Tipe destinasi itu disebut-sebut sebagai solusi memaksimalkan destinasi wisata alam Indonesia yang luar biasa tanpa butuh waku lama.

Pada penutupan Rakornas di Nusa Dua, Bali, Jumat (23/3/2018), forum tersebut merekomendasikan percepatan deregulasi terkait operasional caravan sebagai amenitas nomadic tourism, sea-plane, dan live a board sebagai aksesnya nomadic tourism, berkolaborasi dengan Kementerian Perhubungan.

Nomadic tourism itu mudah dan murah. Hanya perlu ada atraksi pariwisata yang menarik, maka pengadaan akses dan amenitas bisa dilakukan dengan menggunakan bahan baku yang bisa dipindah. Misalnya pembangunan glamp camp atau dengan live on board," ujar Menteri Pariwisata Arif Yahya, dalam siaran tertulisnya, Sabtu (24/3/2018).

Wisatawan berlibur di Club Med Kani Maladewa, Sabtu (15/7/2017).KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Wisatawan berlibur di Club Med Kani Maladewa, Sabtu (15/7/2017).
Sebenarnya apa yang dinamakan nomadic tourism? Apakah barang baru di dunia?

KompasTravel coba merangkum beberapa penjelasan Menpar Arief Yahya dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, ia sempat menyinggung nomadic tourism pada rekan media.

Luas wilayah Indonesia yang dipenuhi kepulauan menjadi tonggak awal tercetusnya ide ini. Industri pariwisata kerap pengalami kesulitan untuk menghubungkan wisatawan ke pulau-pulau kecil yang ternyata menyimpan keindahan "surga dunia".

Tempat Parkir Sea Plane.KOMPAS/YULIA SAPTHIANI Tempat Parkir Sea Plane.
Sedangkan untuk membangun bandara untuk sampai ke gugusan pulau sangat lah sulit, juga lama. tak hanya akses, amenitasnya pun sulit untuk dibangun dalam waktu singkat, seperti hotel dan homestay.

"Jika harus membuat sesuatu yang fix, di semua tempat saya terus terang tidak mampu memberikan. Maka saya tawarkan agar membangun nomadic tourism," ujar Arief Yahya saat membuka launching Calendar of Event Maluku Utara di Jakarta, Selasa (13/3/2018) lalu.

Ia menjelaskan, yang dimaksud nomadic tourism ialah wisata yang bersifat temporer, entah itu aksesnya ataupun amenitasnya. Hal ini yang bisa diterapkan untuk menjangkau destinasi alam potensial di kepulauan yang sulit dijangkau, seperti Maluku dan sekitarnya.

Untuk mengakali pembangunan bandara yang membutuhkan waktu lama, terlebih lokasinya di kepulauan, konsep nomadic tourism ini menggunakan sea-plane, atau pesawat yang bisa mendarat di air.

Terbang menggunakan pesawat amfibi (seaplane) Maldivian Airline menuju Niyama Private Islands di Maladewa. NOVA DIEN Terbang menggunakan pesawat amfibi (seaplane) Maldivian Airline menuju Niyama Private Islands di Maladewa.
Menpar menyatakan, saat ini sudah dimiliki perusahaan Indonesia juga sudah bisa beroperasi di Indonesia.

"Aksesibilitas kita lemah, bangun bandara akan susah, nah sekarang ada sea-plane, bisa mendarat di mana saja (air), di pulau-pulau di Maluku Utara," ujar Menpar masih dalam forum yang sama.

Kemudian bagaimana terkait amenitasnya? Menpar sempat menyinggung untuk pembangunan hotel di destinasi seperti itu, akan diganti dengan caravan, glamp camp, juga bisa home pod. Ia menilai ketiganya bersifat temporer dan mudah dibongkar pasang.

"Misal bangun hotel-hotel di Jailolo (Halmahera Barat), kita harus menunggu waktu lima tahun. Tetapi kalau mobil (caravan) ini cepat, kapan pun kita minta bisa saja, kalau tidak cocok tinggal pindahkan lokasinya, cari spot terindah," ujar Arief Yahya.

Wisman di Festival Nusa Penida 2017 yang digelar di Pantai Mahagiri, Kabupaten Klungkung, Bali, Rabu (6/12/2017). Festival Nusa Penida 2017 menampilkan 1.500 penari.ARSIP KEMENPAR Wisman di Festival Nusa Penida 2017 yang digelar di Pantai Mahagiri, Kabupaten Klungkung, Bali, Rabu (6/12/2017). Festival Nusa Penida 2017 menampilkan 1.500 penari.
Kombinasi amenitas menggunakan caravan, glamp camp, juga bisa home pod, dan akses menggunakan sea-plane, jadilah dinamakan nomadic tourism. Hal tersebut dinilai bisa diwujudkan dengan cepat.

Ternyata konsep semacam ini bukan barang baru di pariwisata dunia. Sebelumnya negara kepulauan lain seperti Maldives sudah menggunakan sea-plane dan hotel temporer.

"Di Maldives itu sea-plane seperti taksi, bisa mendarat di mana aja di laut," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com