Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merti Dusun di Gunungrego, Menghidupkan Tradisi yang Sempat Mati Suri

Kompas.com - 09/04/2018, 11:08 WIB
Dani Julius Zebua,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Ratusan warga memenuhi jalan aspal di depan rumah Budi Utomo di Kampung Manukan, Pedukuhan Gunugrego, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Mereka memperebutkan 3 gunungan yang diletakkan di jalanan itu.

Gunungan pertama berisi palawija dan sayur mayur, gunungan kedua berisi alat-alat rumah tangga, satunya lagi berisi jajanan pasar di gunungan ketiga. Isi seluruh gunungan itu ludes dalam tempo 2 menit.

"Palawija menggambarkan usaha maju pertanian warga. Gunungan peralatan rumah tangga adalah keluarga bahagia, dan yang jajanan anak itu kerukunan warga di semua lapisan anak hingga dewasa," kata Tukijo, Ketua Panitia Merti Dusun ini, Sabtu (7/4/2018).

Baca juga : Nawu Sendang, Tradisi Turun-temurun di Kulon Progo

Berebut gunungan merupakan bagian dari tradisi Merti Dusun di Gunungrego yang berlangsung sekali setiap tahun.

Warga mengartikan Merti Dusun sebagai bersih desa. Tradisi ini jamak di Yogyakarta dan semuanya memiliki kemiripan. Tradisi ini menggambarkan ungkapan syukur pada Sang Pencipta atas rezeki baik pada kemajuan desa maupun hasil bumi berlimpah bagi warga.

Baca juga : Tradisi Membuat Katikan untuk Aseman Daging, Menu Hajatan Khas Osing

Kelapa menjadi berkah terbesar bagi warga. Gunungrego merupakan dusun yang mayoritas penduduknya mengandalkan hidup dari pohon kelapa ini. Dari kelapa, laki-laki menderes nira, sedangkan perempuan mengolahnya menjadi gula berbentuk mangkuk karena dicetak pakai batok kelapa.

Kecamatan Kokap di Kulon Progo, DI Yogyakarta dikenal sebagai tempat produsen gula kelapa dan gula semut. Dusun Gunungrego salah satunya. Selain menghasilkan palawija, warga juga dihuni penderes nira.KOMPAS.com/DANI J Kecamatan Kokap di Kulon Progo, DI Yogyakarta dikenal sebagai tempat produsen gula kelapa dan gula semut. Dusun Gunungrego salah satunya. Selain menghasilkan palawija, warga juga dihuni penderes nira.
Tukijo mengatakan, hampir semua keluarga di Gunungrego ini penderes nira. "Bayangkan kalau 1 hari paling sedikit bisa produksi 2 kilogram itu, kalikan saja 200 kepala keluarga," kata Tukijo.

Sebagai ungkapan syukur warga itu, mereka membangun gunungan dari 200 gula kelapa yang dinamai Sri Rezeki di Merti Dusun kali ini. Bobot gunungan itu bisa sampai 50 kilogram. "Khusus gula merah tidak diperebutkan, tetapi hanya menjadi simbolisasi saja tentang kemakmurana warga dari menderes nira," kata Tukijo.

Semua warga menyambut tradisi ini dengan suka cita. Mereka rela menunggu sejak pagi, dari remaja hingga orang tua.

Seniman-seniman lokal dusun pun muncul memeriahkan suasana, seperti incling atau kuda lumping yang diiringi musik angklung dan gong.

Sesepuh Gunungrego berusia 75 tahun, Paiman Dwijo Suprapto, mengungkapkan, tradisi ini sebenarnya sudah sempat mati suri selama 3 dekade. Namun, 4 tahun lalu, tradisi ini kembali dihidupkan seiring anjuran pemerintah.

"Karena ini adalah peninggalan leluhur yang adiluhung sehingga perlu diungkap kembali," kata Paiman.

Gelaran tradisi diawali dengan kirab bregada atau prajurit keraton yang menenteng tombak. Menyusul di belakangnya pasukan penggotong gunungan. Kemudian warga yang membawa hasil bumi.

Kecamatan Kokap di Kulon Progo, DI Yogyakarta dikenal sebagai tempat produsen gula kelapa dan gula semut. Dusun Gunungrego salah satunya. Selain menghasilkan palawija, warga juga dihuni penderes nira, Sabtu (7/4/2018).KOMPAS.com/DANI J Kecamatan Kokap di Kulon Progo, DI Yogyakarta dikenal sebagai tempat produsen gula kelapa dan gula semut. Dusun Gunungrego salah satunya. Selain menghasilkan palawija, warga juga dihuni penderes nira, Sabtu (7/4/2018).
"Maka kita berharap warga bisa bersatu padu, bercocok tanam, bibit bisa tumbuh baik, subur makmur, maka tata titi tentrem gemah ripah loh jinawi," katanya.

Tukijo mengatakan, selain menderes nira, warga juga bertani palawija. Hasilnya untuk dikonsumsi sendiri dan selebihnya dijual ke pasar. Karena itu, dalam Merti Dusun ini terdapat gunungan palawija di sana.

Warga mengungkap syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas semua hasil itu. Karenanya, mereka tiap tahun menggelar tradisi ini. Mereka juga secara sukarela iuran demi terselenggaranya acara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com