Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Rendang Begitu Menyebar hingga ke Negeri Jiran?

Kompas.com - 09/04/2018, 13:12 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Dunia mengakui bahwa rendang berasal dari Minangkabau. Lalu bagaimana rendang menyebar dari Sumatera Barat hingga menjadi makanan yang begitu akrab di lidah masyarakat Indonesia? Bahkan rendang menyebar hingga ke Negeri Jiran.

Menurut sejarawan dari Universitas Andalas, Gusti Asnan, orang Minang memiliki tradisi merantau. Beberapa dokumen sejarah, lanjutnya, menyebutkan para perantau membawa bekal makanan yang diawetkan.

“Orang (sejarawan) perkirakan sebagai dendeng dan rendang ini. Diperkirakan orang-orang Minang merantau ke luar daerah persebarannya pada abad antara 16 dan 17,” jelasnya kepada Kompas.com, Kamis (5/4/2017).

Baca juga : Apa Bedanya Rendang Malaysia dengan Rendang Indonesia?

Ia menambahkan beberapa sumber tertulis menyebutkan bahwa persebaran orang Minang ke negara-negara tetangga yang sekarang adalah Malaysia berlangsung pada abad ke-16.

“Sumber paling tua itu menyebutkan abad ke-15. Walaupun ada yang menyanggah, ketika Kesultanan Melaka berdiri, orang Minang sudah ke sana. Melaka tahun 1511 sudah ‘dihancurkan’ Portugis, jadi orang-orang Minang sudah sebelumnya ke sana,” tambahnya.

Beberapa catatan orang Belanda, lanjutnya, juga menyebutkan bahwa orang Minang sudah lalu lalang dari Minangkabau ke Melaka. Makanan yang dibawa sebagai bekal diasumsikan adalah rendang dan dendeng.

Namun seperti diungkapkan Fadly Rahman, seorang sejarawankuliner dalam bukunya "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia", kata “rendang” nyaris tidak disebut-sebut dalam berbagai literatur selama kurun abad ke-18.

Baca juga : Koki Asal Minang Angkat Suara soal Kontroversi Rendang Crispy

Fadly menuturkan bahwa salah satu fungsi rendang adalah sebagai bekal makanan awetan yang dibawa dalam perjalanan jarak jauh. Fadly menyebutkan bahwa orang Minang memiliki tradisi merantau dan arus perantauan orang Minang yang berdagang ke Malaysia dan Singapura terjadi pada abad 18-19.

“Mereka selalu membawa rendang, dan makanan yang bisa diawetkan. Tidak hanya daging tapi juga ikan,” katanya kepada KompasTravel, Jumat (6/4/2018).

Lepau dan Buku Masak

Seperti dikutip dari artikel Kompas bertajuk “Warung Minang "Tambuah Ciek “ (1 September 2013), diaspora warung minang terjadi seiring migrasi besar-besaran orang Minang ke tanah rantau pada abad ke-20.

Penduduk Sumatera Barat yang tinggal di luar kampung halamannya ketika itu mencapai 211.000 orang berdasarkan data sensus 1930. Mereka menyebar di Jambi, Riau, Sumatera Timur, dan Malaysia.

Migrasi meluas pasca-kemerdekaan Indonesia hingga ke kota-kota di Jawa. Karena komunitas orang Minang bertambah banyak, muncul kebutuhan membuka warung minang.

”Awalnya, pelanggan warung minang itu orang Minang saja. Pemiliknya sudah pasti orang Minang sebab warung sekaligus jadi tempat menampung sesama perantau. Lama-kelamaan, warung minang berkembang seperti sekarang,” ujar sejarawan Muhammad Nur dari Universitas Andalas kepada Kompas seperti termuat dalam artikel tersebut.

Sebagian rumah makan minang di luar negeri juga berkembang seiring membesarnya jumlah perantau Indonesia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com