BORONG, KOMPAS.com — Subuh, Minggu (15/4/2018), saya dikejutkan dengan sebuah menu makanan yang unik dan langka. Dalam hati saya bertanya, apa yang langka dan unik itu?
Sebelumnya, saya memperoleh informasi dari tua adat Suku Walan, Kornelis Sambi bahwa warga di kampungnya menyiapkan hidangan makan malam untuk Calon Bupati Manggarai Timur, Fransiskus Sarong dan Calon Wakil Bupati Manggarai Timur, Kasmir Don periode 2018-2023 bersama tim.
Mereka melaksanakan kampanye tertutup di Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT yang dimulai Sabtu (14/4/2018) di kampung Wuring, Desa Nanga Meze.
Baca juga : Kewur Uwi, Tradisi Makan Bersama di Kampung Paua, Flores
Hidangan Tibo Rawut menyambut kedatangan rombongan. Dari namanya saja saya semakin penasaran dengan informasi itu. Jujur saya ungkapkan bahwa saya pertama kali memperoleh informasi langka itu terkait menu hidangan yang hanya ada di wilayah Kecamatan Elar Selatan.
Nama hidangan itu membuat semua orang penasaran. Saya semakin penasaran dan tertarik untuk merasakan dan melihat proses masaknya.
Sayangnya, malam itu kami mengalami kendala yakni harus bertahan di tengah perjalanan karena kondisi jalan provinsi dari pertigaan Wukir sampai di simpang lima, Kecamatan Elar Selatan sangat buruk.
Baca juga : Peting Ghan Nalun Weru, Ritual Sakral Suku Nggai di Flores
Salah satu kendaraan yang kami tumpangi rusak di tengah jalan. Berkali-kali diperbaiki, namun, tetap macet. Usaha dari sang sopir, Flori mengatasi kerusakan kendaraan itu belum membuahkan hasil.
Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi kerusakan kendaraan tersebut. Saat itu, John Nahas harus mengatasi kendaraan yang selalu macet itu dengan batang alang-alang yang dicabut di pinggir jalan.
Bahkan, di jalan mendaki, kendaraan itu tidak macet dan berjalan mulus sampai tiba di tempat tujuan dengan selamat.
Kisah perjalanan hari itu banyak peristiwa tak terduga dan diatasi dengan cara yang di luar kemampuan manusia.
Rasa penasaran untuk melihat proses masak tibo rawut tidak terwujud. Namun, setiba di rumah pensiunan guru, Aloysius Lalung di Runus, Desa Langgasai kami semua dalam kondisi lapar.
Akhirnya, saya secara terbuka menginformasikan kepada Siprianus Lalung bahwa kami sangat lapar. Seketika itu, Siprianus Lalung menginformasikan kepada keluarganya untuk menyediakan hidangan makan.
Sekitar jam 04.30 Wita, kaum perempuan di rumah itu menyiapkan hidangan makan. Nasi merah ditambah dengan satu menu yang pertama kali saya lihat yang dihidangkan di ruang tamu membuat saya dan rombongan semakin penasaran.
Bahkan, ada tiga menu yang disuguhkan tuan rumah. Dua menu itu pertama kami lihat kecuali nasi merah yang sering dijumpai di seluruh Manggarai Timur.