LAMONGAN, KOMPAS.com – Banyak orang bakal menjawab soto, ketika disodori pertanyaan mengenai kuliner khas Lamongan, Jawa Timur.
Padahal selain makanan berkuah tersebut, Lamongan juga memiliki kuliner khas lain bernama sego boranan.
Sebuah hidangan yang bermaterikan nasi, lauk, serta sayuran segar dikombinasi urapan parutan kelapa, yang dibingkai dalam lumuran bumbu kuah maknyus.
Lebih khas dan terasa iklim tradisional, karena sajian sego boranan biasa dijual dan disajikan kepada para pembeli dengan beralaskan atau dibungkus daun pisang.
Alasannya, para pedagang kaki lima (PKL) biasa menjajakannya di pinggir jalan, bahkan sejak Anda memasuki wilayah Lamongan, baik dari Gresik maupun Tuban.
“Saya sendiri baru berjualan sego boranan mulai tiga tahun lalu. Dengan tempat berdagang di belakang Plasa Lamongan, bersama banyak pedagang sego boranan lain,” ujar salah seorang pedagang sego boranan, Sunarti (35), Sabtu (26/5/2018).
Menurutnya, sego boranan sudah memiliki segmen tersendiri di kalangan warga Lamongan.
Dengan harga yang ditawarkan untuk satu porsi sego boranan bervariasi, menentukan dengan lauk yang dipilih oleh pembeli. Sebab biasanya pedagang sego boranan, memang membawa bervariasi lauk yang disiapkan, yang bisa dipilih oleh pembeli.
“Kalau yang paling murah biasanya pakai lauk telur dadar, itu paling satu porsi Rp 5 ribu. Sementara yang paling mahal itu kalau pakai ikan sili, bisa sampai Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per porsi. Selain melihat besar-kecilnya ikan, juga karena ikan sili itu kan musiman, jadi susah dapatnya di pasar,” katanya.
“Selama saya berdagang sego boranan selama empat tahun, pembeli itu tidak hanya orang dewasa saja, tapi remaja juga anak-anak banyak yang suka. Ada yang biasa dibungkus, tak jarang pula langsung dimakan di tempat,” ucap Ita.
Selain warga asli Lamongan, Ita juga beberapa kali menemui bila para pembeli sego boranan yang mampir di lapak miliknya juga ada yang berasal dari luar kota. Meskipun, baru sebatas dari warga kota tetangga Lamongan.